Tottenham Hotspur F.C.
Nama Lengkap : Tottenham Hotspur F.C.
Julukan : Spurs
Didirikan : 1882
Lapangan : White Hart Lane, London
Kapasitas : 36.240
Ketua : Daniel Levy
Manajer : Juande Ramos
Liga : English Premier League
2006-2007 : Peringkat ke-5 di English Premier League
Tottenham Hotspur Football Club adalah klub sepak bola di London utara. Mereka juga dikenal sebagai Spurs, The Spurs dan Tottenham, sementara penggemar mereka memberi mereka nama the Lilywhites karena seragam tradisional mereka yang berwarna putih.
Motto dari klub ini adalah Audere est Facere yang merupakan bahasa Latin yang sering diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai "To Dare is To Do. Spurs memiliki perseteruan yang cukup tua dengan klub sekota, Arsenal, dan pertandingan antara Spurs dengan Arsenal terkenal dengan nama Derby London Utara
Sejarah
Periode Awal (1882-1949)
Pada tahun 1882, para murid sekolah grammar All Hallow Church membentuk sebuah tim sepakbola bernama Hotspur Football Club. Mereka juga merupakan anggota klub kriket Hotspur Cricket Club. Nama ‘Hotspur’ sendiri diambil dari Sir Henry Pearce (Sir Henry Hotspur), nama seorang tokoh di buku Shakespeare Henry IV bagian I dan seorang bangsawan yang hidup di abad 14. Pada tahun 1884, klub merubah namanya menjadi Tottenham Hotspur Football and Athletic Club untuk membedakan dirinya dari tim lain bernama London Hotspur.
Pada awalnya warna kaus tim adalah biru tua (navy blue), untuk kemudian berubah lagi menjadi biru muda-putih, merah-biru dan coklat-emas. Terakhir pada musim 1899-1900, mereka baru merubah warna tim menjadi kaus putih-celana biru tua, sebagai penghargaan kepada klub Preston North End, klub Inggris tersukses di masa itu.
Pada tahun 1888, Tottenham memindahkan kandangnya dari Tottenham Marshes ke Northumberland Park dimana klub sudah mulai mengenakan tiket pada penontonnya. Pada tahun 1892, setelah dibujuk oleh Royal Arsenal (nantinya menjadi Arsenal), mereka berupaya untuk masuk dalam keanggotaan Southern League. Namun ditolak ketika mereka menjadi satu-satunya diantara 23 tim pemohon yang tidak mendapatkan suara voting. Mereka kemudian beralih status menjadi profesional sebelum Natal 1895 dan mengupayakan kembali permohonan untuk masuk menjadi anggota Southern League. Upaya kedua ini akhirnya berhasil. Tahun 1898 Charles Roberts menjadi chairman klub yang nantinya didudukinya sampai tahun 1943.
Tahun 1899, Spurs membangun markas barunya di dekat High Road, Tottenham. Stadion itu kemudian dinamai ‘White Hart Lane’, stadion Spurs sampai saat ini.
Tahun 1901, Tottenham menjuarai Piala FA dan menjadi satu-satunya klub di luar liga yang memenangkan piala tesebut sejak Football League dibentuk. Pada perayaan kemenangan, piala tersebut diberi pita berwarna oleh istri direktur Spurs Morton Cadman dan itu akhirnya menjadi tradisi yang bertahan sampai sekarang.
Tottenham baru masuk sebagai anggota Football League di musim 1908-1909, dimana saat itu keanggotaan dipilih melalui voting. Di musim pertamanya di divisi 2 , Spurs langsung promosi ke divisi 1 setelah keluar sebagai runner up. Tetapi di divisi 1, Spurs hanya bisa menghuni papan bawah klasemen sampai kemudian Perang Dunia I meletus dan kegiatan liga dihentikan (1914-1915).
Ketika liga dimulai kembali pada tahun 1919, divisi satu Inggris dimekarkan dari 20 menjadi 22 team. Spurs yang terdegradasi ke divisi 2 langsung promosi pada upaya pertamanya dengan menjuarai divisi 2 musim 1919-1920. Setahun kemudian Spurs bangkit dan menjuarai Piala FA nya yang kedua setelah mengalahkan Wolves 1-0 di final tanggal 23 April 1921. Spurs kemudian meraih posisi runner up liga tahun 1922, sayangnya setelah itu mereka mulai tenggelam kembali ke divisi 2 sampai Perang Dunia II.
Pasca Perang Dunia II :Era Arthur Rowe (1949-1955)
Pada saat itu sepakbola telah menjadi olahraga yang luar biasa populer di masyarakat Inggris dengan ribuan penonton selalu memadati pertandingan tiap minggunya. Tahun 1949, Arthur Rowe, manager Tottenham saat itu, menciptakan sebuah taktik ‘Push & Run’. Strateginya adalah setelah bola dioperkan pada rekan, pemain lari tanpa bola melewati penjaganya untuk menerima kembali umpan. Ini membuat pertandingan mengalir lebih cepat. Strategi tersebut kemudian terbukti ampuh membawa Spurs keluar sebagai juara divisi 2 musim 1949-1950. Tahun berikutnya, Tottenham kemudian tak tertahankan untuk langsung menjadi juara divisi satu (1950-1951). Pemain-pemain bintang saat itu adalah Alf Ramsey, Ronnie Burgess, Ted Ditchburn, Len Duquemin, Sonny Walters dan Bill Nicholson.
Ketidakberuntungan menghinggapi Spurs pada musim berikutnya, dimana cedera menghantui sepanjang musim. Tim-tim lain juga mulai mencontek cara Spurs bermain dan semakin mempersulit Spurs untuk mempertahankan gelarnya. Spurs hanya meraih posisi runner up liga musim 1951-1952. Prestasi mereka mulai menurun terus sampai kemudian Arthur Rowe mundur karena sakit di tahun 1955.
Era Bill Nicholson (1960-1975)
Musim 1960-1961, Spurs yang ditangani oleh Bill Nicholson. Baru pertandingan pertama Nicholson sudah mengisyaratkan bahaya bagi lawan-lawannya dengan kemenangan besar 10-4 atas Everton. Benar saja, Spurs meraih gelar ganda di musim tersebut setelah menjuarai liga dan Piala FA sekaligus. Piala FA kemudian dipertahankan lagi di tahun 1962 dan kemudian menyusul gelar juara Piala Winners 1963 di ajang Eropa. Pemain-pemain kunci asuhan Nicholson pada waktu itu adalah Danny Blanchflower, John White, Dave Mackay, Cliff Jones, Jimmy Greaves dan Terry Medwin.

Karena didominasi oleh pemain di usia senja, setelah tahun 1964 Spurs mulai kepayahan karena faktor umur pemain-pemain kuncinya. Nicholson lantas membangun tim dengan mengimpor pemain seperti Alan Gilzean, Mike England, Alan Mullery, Terry Venables, Joe Kinnear dan Cyril Knowles. Hasilnya, mereka kemudian mengalahkan Chelsea di final untuk menjuarai Piala FA 1967 dan finis di urutan ke 3 liga. Nicholson kemudian menambahkan lagi gelar juara Piala Liga tahun 1971 dan 1973 serta Piala UEFA tahun 1972.
Nicholson mundur di musim 1974-1975 akibat start buruk Spurs di liga dan juga rasa kecewa pada fans yang membuat kerusuhan atas kekalahan Spurs di final Piala UEFA 1974. Bill Nicholson selama hampir 16 tahun menangani Spurs telah mempersembahkan 8 gelar juara, periode tersukses Spurs sampai sekarang.
Periode 1975-1980
Spurs menjuarai Piala FA pada tahun 1981 dengan mengalahkan Manchester City 3-2, mereka perlu berterima kasih pada Ricky (Ricardo) Villa yang membuat gol solo run yang cantik. Tahun 1982, mereka kembali mempertahankanjuara Piala FA setelah mengandaskan QPR di final. Musim 1981-1982, perjalanan Spurs termasuk mulus di semua kompetisi yang diikutinya namun mereka benar-benar tidak beruntung, kalah di final Piala Liga melawan Liverpool, kalah di semi final Piala Winners dan hanya meraih posisi 4 liga.
Dengan pemain-pemain seperti Glenn Hoddle, Steve Archibald, Osvaldo Ardilles dan Steve Perryman, Tottenham Hotspur meraih juara Piala UEFA nya yang kedua pada tahun 1984. Beberapa minggu sebelum final itu, Burkinshaw telah mengumumkan bahwa ia akan mengundurkan diri setelah musim berakhir. Selama menangani Spurs selama 4 musim, Burkinshaw sukses mempersembahkan 3 gelar juara dan membawa Spurs menjadi klub papan atas liga.
Irving Scholar kemudian mengambil alih kepemilikan klub dan menunjuk Peter Shreeves menjadi manager baru Tottenham. Sheeves sempat membawa Spurs ke peringkat 3 musim 1984-1985, namun musim berikutnya penampilan mereka menurun dan duduk di peringkat 10 liga sementara Scholar berupaya untuk menstabilkan keuangan klub yang mulai goyah.
David Pleat, manager Luton Town, lantas ditunjuk untuk menggantikan Shreeves pada musim 1986-1987. Pleat memainkan taktik dengan 5 pemain gelandang (Glenn Hoddle, Osvaldo Ardilles, Steve Hodge, Paul Allen, Chris Waddle) dibelakang satu striker, Clive Allen, strategi ini cukup sukses membawa Spurs berpeluang juara di semua kompetisi yang diikutinya. Tottenham mencapai peringkat ke 3 liga, semifinal Piala Liga (kalah melawan Arsenal) dan maju ke final Piala FA. Sayangnya, dengan posisi yang lebih diunggulkan mereka justru kalah melawan tim kejutan, Coventry City, di final Piala FA yang dilangsungkan di Wembley. Pleat secara mengejutkan mundur dari Spurs pada Oktober 1987 karena merasa tidak nyaman dengan kehidupan pribadinya sebagai manager Spurs. Walau hanya semusim, prestasi Pleat termasuk mengagumkan dalam membawa Tottenham yang notabene tenggelam di musim sebelum ia pegang. Fans Spurs sendiri cukup penasaran dengan keputusannya karena mereka mulai menaruh harapan pada Pleat yang dalam waktu singkat bisa mensulap Tottenham menjadi klub berpotensi juara.
Mantan pemain Spurs, Terry Venables, ditunjuk untuk menggantikan Pleat. Setelah 2 musim, Spurs mulai menyeruak ke papan atas dengan meraih peringkat ke 3 musim 1989-1990. Di ajang Piala FA, Venables membawa Spurs menjadi juara pada tahun 1991. Tottenham dibawah polesan Venables diperkuat oleh Paul Gascoigne dan Gary Lineker, 2 pemain timnas Inggris yang mencapai semifinal Piala Dunia 1990.
Periode 1990-2001
Pasar bisnis properti yang merosot membuat chairman Spurs, Irving Scholar, hampir bangkrut. Venables bergabung dengan seorang pengusaha bernama Alan Sugar untuk mengambil alih Spurs dan membayar hutang klub yang mencapai 20 juta pounds, Gascoigne kemudian juga dijual demi kebutuhan dana klub. Venables kemudian menjabat posisi Chief Executive dan Peter Shreeves lagi-lagi ditunjuk untuk menduduki kursi manager Spurs. Hanya semusim, Shreeves kemudian dipecat dan digantikan duo manager Ray Clemence dan Doug Livermore. Tottenham mencapai papan tengah liga dan Venables kemudian dikeluarkan dari jajaran direksi menyusul perselisihan dengan Alan Sugar.
Ossie (Osvaldo) Ardilles, mantan pemain Spurs, kemudian diangkat menjadi manager klub pada tahun 1993. Dibawah Ardilles, Tottenham diperkuat oleh The Famous Five : Teddy Sheringham, Jurgen Klinsmann (striker), Nick Barmby (gelandang menyerang dibawah kedua striker), Darren Anderton (sayap kanan) dan Illie Dumitrescu (gelandang kiri). Klinsmann menjadi sensasi karena ketajamannya dan dengan cepat menjadi pemain favorit fans. Namun secara prestasi, Tottenham tidak banyak mengalami kemajuan sehingga Ardilles kemudian dipecat pada September 1994.
Pada akhir musim 1994, Tottenham terbukti bersalah akan pembayaran ilegal terhadap pemain dan liga kemudian menghukum dengan : poin dipotong 12 angka, diskors dari Piala FA 1 tahun dan denda £600.000. Tetapi Alan Sugar, chairman Tottenham, protes dan akhirnya hanya hukuman denda yang dikenakan.
Gerry Francis kemudian menggantikan Ardilles sebagai manager. Pada awalnya, Francis cukup impresif dengan membawa Spurs ke posisi 7 dan semifinal Piala FA. Tapi itu juga merupakan pencapaian terbaiknya karena setelah itu penampilan Spurs justru menurun terus. Musim 1996-1997, Tottenham masih dapat meraih peringkat 10 dan pada akhir musim Teddy Shreringham dijual ke Manchester United setelah tidak ada kesepakatan soal kontrak baru di Spurs. Pertengahan musim 1997-1998, tepatnya November 1997, Francis dipecat setelah Spurs hanya duduk di peringkat dua terbawah liga dan terancam degradasi. Christian Gross, pelatih juara liga Swiss Grasshoper, ditunjuk untuk menggantikan Francis. Ia tidak membawa kemajuan berarti bagi Spurs yang terus terpuruk di papan bawah sehingga Gross pun dipecat.
George Graham, mantan manager Arsenal, diangkat untuk menggantikan Gross. Walaupun dipenuhi oleh kritikan tajam fans Spurs karena latar belakang Graham yang erat dengan klub rival, Arsenal, Graham justru bisa membawa Spurs naik ke papan tengah dan bahkan menjuarai Piala Liga di tahun pertamanya. Spurs juga sempat lolos ke semifinal Piala FA sebelum dikalahkan Newcastle 0-2 dimana diwarnai keputusan kontroversial wasit yang merugikan Tottenham. Musim itu ditutup dengan manis saat bintang Spurs, David Ginola, meraih kedua penghargaan pemain; PFA Players’ of the year dan Football Writers' Association Footballer of the Year 1999. Namun musim berikutnya, Spurs menurun dan hanya meraih peringkat 10 liga.
ENIC Sports Mengambil alih kepemilikan
Bulan Febuari 2001, kesabaran Sugar akhirnya pecah dan ia kemudian menjual Spurs kepada ENIC Sports PLC yang dipimpin oleh Daniel Levy. Manager tim kemudian diberikan kepada legenda Spurs, Glenn Hoddle, yang mulai menangani klub sejak April 2001. Musim panas 2001 kapten klub, Sol Campbhell, hijrah ke Arsenal melalui bebas transfer (peraturan Bosman). Hoddle yang lebih menyukai pemain berpengalaman menarik kembali Teddy Sheringham, Gustavo Poyet dan Christian Ziege. Spurspun kembali bermain sepakbola yang menarik di awal kepemimpinan Hoddle. Musim 2001-2002 Spurs finis di urutan ke 9 liga dan masuk final Piala Liga, dimana mereka kalah melawan Blackburn. Robbie Keane kemudian ditarik Hoddle dari Leeds United seharga 7 juta pounds. Musim 2002-2003, Spurs start dengan baik dan sempat mencapai posisi 6 besar sampai Febuari 2002, dimana penampilan mereka merosot dan akhirnya finis di urutan ke 10 liga. Enam laga memasuki musim 2003-2004, Hoddle dipecat dan digantikan sementara oleh David Pleat sampai manager baru ditemukan.
Mei 2004, Tottenham mengangkat mantan pelatih timnas Perancis, Jacques Santini, sebagai manager baru, Martin Jol sebagai asistennya dan Frank Arnesen sebagai Direktur Olahraga. Santini mengundurkan diri setelah hanya 13 pertandingan tanpa alasan yang jelas. Dia kemudian digantikan oleh Martin Jol. Jol, pelatih asal Belanda yang bertubuh besar kemudian mengangkat Spurs ke peringkat 9 liga. Pada musim pertamanya yang penuh, 2005-2006, Jol berhasil membawa kemajuan pesat dengan membawa Tottenham menghuni peringkat 5 liga, hanya 1 peringkat dibawah zona Liga Champions. Frank Arnesen kemudian dibajak oleh Chelsea dan Spurs kemudian menunjuk Damien Comolli untuk menggantikannya sebagai Direktur Olahraga.
Musim 2006-2007, Tottenham membuat keputusan penting dengan mendatangkan striker Dimitar Berbatov dari klub Jerman, Bayer Leverkusen. Tetapi Spurs juga kehilangan Michael Carrick yang dibeli Manchester United dan kapten Ledley King yang cedera hingga separuh musim. Pemain lainnya selain Berbatov yang dibeli Spurs adalah Pascal Chimbonda, Benoit Assou-Ekotto, Didier Zokora dan Steed Malbranque. Perubahan materi pemain yang cukup besar membuat tim membutuhkan waktu untuk beradaptasi lagi. Di awal musim Spurs menambah daftar pemain cederanya selain Ledley King : Paul Stalteri, Benoit Assou-Ekotto, Young-Pyo Lee, Anthony Gardner, Jermaine Jenas, Steed Malbranque dan Teemu Tainio. Semuanya mengalami cedera panjang. Walaupun demikian, Jol tetap bisa membawa timnya mencapai peringkat 5 kembali di akhir musim. Dibawah Jol, Tottenham telah menampilkan sepakbola menarik dan efektif dan itu tim menunjukkan kemajuan berarti di tangan pelatih Belanda tersebut.
Musim 2007-2008, Spurs melakukan banyak transfer seperti Gareth Bale, Adel Taarabt, Younes Kaboul, Danny Rose, Kevin-Prince Boateng dan pemain belia Yuri Berchiche. Transfer- transfer ini konon tidak sepenuhnya disetujui oleh Martin Jol, namun tetap dilanjutkan oleh pihak direksi. Posisi Jol kemudian dikabarkan mulai goyah tatkala muncul kabar bahwa telah diadakan pertemuan antara direksi klub dengan bos Sevilla, Juande Ramos, untuk mengangkat Ramos menjadi manager baru klub. Tetapi Daniel Levy mengeluarkan pernyataan untuk tetap mendukung Jol. Spurs pun kemudian melanjutkan penurunan performa. Pada 25 Oktober 2007, saat pertandingan melawan Getafe di ajang Piala UEFA, semuanya telah menjadi transparan bahwa itu menjadi pertandingan terakhir Jol. Jol sebetulnya telah dipecat sebelum pertandingan itu dimulai dan fans Tottenham sepanjang pertandingan mengeluarkan yel-yel untuk tetap mendukung Jol. Setelah pertandingan, klub mengeluarkan pernyataan resmi bahwa Jol dan Chris Houghton, asistennya, telah meninggalkan klub dan klub mengklaim bahwa itu atas permintaan mereka sendiri.

Pada 27 Oktober 2007, Juande Ramos manager klub Spanyol Sevilla yang sukses merebut Piala UEFA berturut-turut, resmi menanda tangani kontrak untuk menjadi manager Tottenham Hotspur yang baru sampai musim 2010-2011. Ramos hengkang dari Sevilla walaupun ia baru saja meneken kontrak baru dengan klub Spanyol tersebut. Diumumkan pula bahwa Gus Poyet dan Marcos Alvarez menjadi staff pembantu utama Ramos. Di musim pertamanya, Ramos membuat kemenangan bersejarah 5-1 atas Arsenal di semifinal Piala Liga. Itu adalah kemenangan pertama Tottenham atas rival terberatnya selama 9 tahun. Di final Piala Liga, Tottenham keluar sebagai juara setelah mengalahkan Chelsea 2-1. Sedangkan di Liga Premier, Spurs duduk di posisi ke 11 liga.
Musim 2008-2009, Spurs harus kehilangan dua striker andalannya, Robbie Keane ke Liverpool dan Dimitar Berbatov ke Manchester United. Namun Ramos juga membeli banyak pemain masa depan, diawali dengan pembelian gelandang bertalenta tinggi Kroasia, Luca Modric, seharga 16,5 juta pounds, menyamai rekor pembelian Darren Bent oleh Spurs dibawah Martin Jol. Ramos juga membeli Giovani Dos Santos, pemain muda Barcelona dan John Bostock, pemain belia berbakat dari Crystal Palace. Sebelum jendela transfer pertama ditutup Spurs mendatangkan striker Roman Pavlyuchenko dari Spartak Moscow dan bek serba bisa,Vedran Ćorluka, dari Manchester City.
Daftar Pemain
No. | Posisi | Nama Pemain | No. | Posisi | Nama Pemain |
1 | GK | Gomez | 22 | MF | Tom Huddlestone |
2 | DF | Corluka | 23 | FW | Darren Bent |
4 | MF | Didier Zokora | 24 | MF | Jamie O'Hara |
7 | DF | Paul Stalteri | 25 | MF | Aaron Lennon |
8 | MF | Jermaine Jenas | 26 | DF | Ledley King (kapten) |
9 | FW | Pavlyuchenko | 28 | FW | Lee Barnard |
10 | FW | Dos Santos | 30 | DF | Anthony Gardner |
12 | GK | Radek Černý | 32 | DF | Benoît Assou-Ekotto |
15 | MF | Luca Modric | 33 | DF | Ricardo Rocha |
16 | DF | Gareth Bale | 35 | DF | Dorian Dervitte |
17 | MF | Kevin-Prince Boateng | 37 | MF | Danny Rose |
19 | MF | Adel Taarabt | 38 | DF | Troy Archibald-Henville |
20 | DF | Michael Dawson | 44 | DF | Chris Gunter |
21 | MF | Wayne Routledge | -- | DF | Jonathan Woodgate |
Dalam Masa Peminjaman
No. | Posisi | Nama Pemain |
39 | FW | Andy Barcham (dipinjamkan ke Leyton Orient hingga Juni 2008) |
27 | GK | Ben Alnwick (dipinjamkan ke Leicester City hingga Juni 2008) [1] |
14 | MF | Hossam Ghaly (dipinjamkan ke Derby County hingga Juni 2008) |
Manajemen
Direktur Olahraga : Damien Comolli
Pelatih Kepala : Juande Ramos
Asisten Pelatih : Gus Poyet
Pelatih Tim Utama : Marcos Álvarez
Pelatih Pengembangan : Clive Allen
Pelatih Penjaga Gawang : Hans Segers
Direktur Pengembangan Penjaga Gawang : Perry Suckling (sementara)[2]
Pelatih Junior : Alex Inglethorpe
Pelatih Teknik : Ricardo Moniz
Newcastle United F.C.
Nama Lengkap : Newcastle United Football Club
Julukan : The Magpies
Didirikan : 1881
Lapangan : St’ James Park Newcastle upon Tyne
Kapasitas : 52.387
Ketua : Chris Mort
Manajer : Kevin Keegan
Liga : English Premier League
2006-2007 : Peringkat ke-13 di English Premier League
Newcastle United Football Club adalah sebuah klub sepak bola Inggris yang didirikan pada tahun 1881. Bermarkas di Newcastle upon Tyne, Inggris. Pada musim 2006/07 bermain di Liga Premier Inggris. Klub ini memainkan pertandingan kandangnya di Stadion St James' Park yang berkapasitas 52.387 penonton. Seragam mereka berwarna hitam-putih.
Sejarah
Klub ini dibentuk pada Desember 1892, hasil dari peleburan 2 klub lokal-Newcastle East End dan Newcastle West End. Kedua klub itu tadinya ada rival berat di Northern League, setelah West End mengalami masalah finansial mereka sepakat untuk meleburkan diri. Deal persatuan 2 klub itu mengikutkan pula kandang West End, St. James' Park. Beberapa nama kandidat untuk klub baru tersebut mencuat seperti Newcastle Rangers dan Newcastle City, namun mereka akhirnya sepakat untuk menggunaka nama Newcastle United. Newcastle United memenangkan gelar juara liga pertamanya pada 1905, untuk kemudian menyusul tahun 1907 dan 1909. Mereka juga sukses masuk final Piala FA tahun 1905, 1906, 1908, 1910 dan 1911. Tetapi dari 5 kali final tersebut mereka hanya memenangkan satu kali, yaitu pada tahun 1910. Newcastle mempunyai kenangan terburuknya pada musim 1908-1909 ketika mereka dipermalukan 1-9 oleh musuh abadinya, Sunderland. Skor itu tetap menjadi rekor kemenangan terbesar Sunderland sampai sekarang.
The Toon Army seterusnya menjuarai Piala FA untuk kedua kalinya pada tahun 1924 dengan mengalahkan Aston Villa. Gelar juara liga keempatnya diraih pada tahun 1927, itu adalah juga gelar juara liga terakhir yang dapat mereka raih. Pemain bintang legendaris pada saat itu adalah sang kapten Hughie Gallacher, Neil Harris, Stan Seymour dan Frank Hudspeth.
Selama dekade 50’an United sukses menjuarai Piala FA 3 kali, yaitu pada tahun 1951 dengan mengalahkan Blackpool 2-0, setahun kemudian (1952) mengalahkan Arsenal 1-0 dan pada tahun 1955 dengan mengalahkan Manchester City 3-1. Pemain bintang saat itu adalah Jackie Milburn dan Bobby Mitchell.
Setelah itu Newcasle tenggelam karena performanya yang sering labil sehingga sempat terdegradasi ke divisi 2. Pada tahun 1965 mereka dapat menjuarai divisi 2 dengan manager yang juga bekas pemain legendarisnya, Joe Harvey dan Stan Seymour.

Joe Harvey kemudian membawa klubnya lolos kualifikasi Eropa untuk pertama kalinya pada tahun 1968. Mereka mengejutkan Eropa dengan menjuarai Piala Fairs (sekarang menjadi Piala UEFA) dengan mengalahkan tim-tim seperti Sporting Lisbon, Feyenoord, Real Zaragoza dan Glasgow Rangers di penyisihan. Di final, mereka mengalahkan wakil Hungaria, Ujpest FC. Saat itu Newcastle mempunyai tradisi pada nomor punggung 9 yang selalu diberikan pada striker suburnya, untuk waktu itu adalah Wyn Davies yang memakai nomor punggung keramat tersebut. Setelah sukses di eropa tersebut Harvey kemudian mendatangkan pemain bertalenta hebat lainnya bagi Newcastle, seperti Jimmy Smith, Tony Green, Terry Hibbit dan terutama striker Malcolm Macdonald yang nantinya menjadi pemain favorit klub dan melegenda sampai sekarang. Newcastle berhasil masuk final Piala FA tahun 1974 dan Piala Liga tahun 1976, namun mereka gagal untuk membawa pulang piala di kedua upaya tersebut.
Dekade 80’an

Awal 1980, Newcastle tenggelam dan jatuh ke divisi 2. Gordon Lee kemudian menggantikan Harvey, namun Lee tidak mampu membawa klubnya keluar dari divisi 2. Baru setelah Arthur Cox menjadi manager, United bisa promosi kembali ke divisi satu dengan diperkuat mantan kapten tim nasional Inggris, Kevin Keegan (inset kiri). United mulai kembali bermain di kompetisi divisi satu dan bertahan 7 tahun. Pergantian manager pun bergulir dari Jack Charlton, Willie McFaul dan Jim Smith. Dan pada tahun 1989, mereka terdegradasi lagi ke divisi 2.
Kembalinya Kevin Keegan I

Setelah ditangani oleh legenda Spurs yang juga mantan pemain nasional Argentina, Osvaldo Ardilles, Kevin Keegan, mantan legenda Newcastle, datang untuk menggantikannya pada tahun 1992. Kontrak Keegan saat itu adalah hanya kontrak jangka pendek tetapi menangani Newcastle baginya merupakan satu-satunya hal yang bisa membuatnya kembali ke dunia sepak bola. Tetapi Newcastle saat itu sedang dalam situasi gawat karena sudah hampir terdegradasi ke divisi 3, yang jika terjadi maka itu menjadi sejarah terburuknya Newcastle dimana mereka tidak pernah jatuh sampai ke divisi 3. Beruntung Newcastle bisa selamat berkat kemenangan di dua pertandingan terakhir melawan Portsmouth di kandang dan Leicester di tandang. Di tahun tersebut pula Newcastle berganti kepemilikan ke Sir John Hall.
Musim 1992-1993, Newcastle kali ini benar-benar mengamuk dan memenangkan 11 pertandingan awal berturut-turut. Mereka bermain dengan strategi menyerang yang menarik dan akhirnya mereka keluar sebagai juara divisi 2 dan promosi ke Premier League. Musim 1994-1995, tetap dibawah Keegan yang mempunyai filosofi sepakbola menyerang, Newcastle tampil cemerlang di Premiership. Media televisi Sky sampai menjuluki mereka sebagai Sang Penghibur. Pada akhir musim mereka menjual strikernya, Andy Cole, ke Manchester United. Mereka mengakhiri musim dengan posisi ke 6, menakjubkan untuk klub yang baru promosi.
Musim 1995-1996, dengan uang hasil penjualan Cole, Keegan kemudian memperkuat Newcastle melalui pembelian pemain hebat seperti David Ginola dan Les Ferdinand. Mereka pun nyaris menjuarai Premier League jika saja tidak digagalkan oleh pasukan Ferguson, Manchester United. Padahal Newcastle sudah sempat memimpin dengan perbedaan 12 poin. Salah satu pertandingan yang sangat menarik adalah pada pertandingan melawan Liverpool yang berkesudahan 3-4. Pertandingan itu diyakini orang sebagai salah satu pertandingan paling menarik sepanjang sejarah liga Inggris. Newcastle akhirnya hanya duduk di posisi ke 2 dibawah Manchester United.

Awal musim 1996-1997, Newcastle membuat gempar Inggris dengan pembelian striker timnas, Alan Shearer, seharga 15 juta pounds dari Blackburn Rovers. Sebuah rekor pemain termahal saat itu. Januari 1997, atau pada pertengahan musim 1996-1997, Keegan membuat kaget fans Newcastle kala ia mengumumkan pengunduran dirinya. Keegan mundur meninggalkan misteri.
1997 – Januari 2008
14 Januari 1997, Kenny Dalglish didatangkan ke Newcastle. 20 tahun yang lalu, Dalglish pula yang menggantikan Keegan di Liverpool saat keduanya masih menjadi pemain. Dalglish membawa Newcastle menjadi runner up liga kembali.
Musim 2007-2008, Newcastle tampil tidak begitu meyakinkan dan hanya duduk di posisi ke 13. Banyak yang melihat bahwa itu dikarenakan kurang adanya kecocokan antara bekas pemain pilihan Keegan dengan Dalglish. Kenny Dalglish kemudian dipecat chairman Freddie Shepperd.
Ruud Gullit kemudian ditunjuk untuk menggantikan Dalglish. Gullit tidak membawa kemajuan bagi Newcastle dan bahkan berselisih paham dengan pemainnya, Robert Lee dan striker kesayangan fans, Alan Shearer. Sebelum akhir musim 1999-2000. ia mundur dan digantikan oleh mantan manager timnas Inggris, Sir Bobby Robson.
Robson menangani Newcastle dengan gaji yang termasuk kecil, walaupun kecewa tapi ia tetap menerimanya. Sir Bobby Robson memulai tugasnya dengan baik sekali, pada pertandingan pertamanya ia bisa membawa Newcastle (klub sedang berada di papan bawah klasemen) menang 8-0 atas Sheffield Wednesday. Sebuah rekor kemenangan kandang Newcastle sampai saat ini. Newcastle kemudian bisa mencapai posisi ke 11 di akhir musim. Pada akhir tahun 2000, pihak FA sempat meminta pada pihak Newcastle untuk memperbolehkan Robson menangani timnas Inggris kembali sebagai caretaker, namun Shepperd menolaknya. Musim 2001-2002, Robson menuntun Newcastle dari bawah sampai mencapai posisi 4 klasemen. Musim 2002-2003, Newcastle naik lagi menjadi posisi 3 di akhir musim dan berhak ikut dalam Champions League. Musim 2003-2004, Newcastle yang masih dibawah Robson mencapai posisi 5 klasemen. Peluang untuk tampil di babak grup Liga Champions melayang setelah mereka kalah di kualifikasi grup. Di awal musim 2004-2005, Robson dipecat Shepperd, chairman Newcastle, dengan alasan klub berada di posisi bawah klasemen dan adanya ketidak harmonisan di ruang ganti pemain. Walaupun dipecat, fans Newcastle tetap menghargainya sampai sekarang.
Graeme Souness, mantan pemain dan manager Liverpool, menggantikan posisi Robson. Tapi ia tidaklah populer di mata fans dan terbukti kurang mampu membawa kemajuan bagi Newcastle. Souness sempat membawa Michael Owen ke Newcastle dengan rekor transfer 16 juta pounds dari Real Madrid. Pada tangggal 2 Febuari 2006, Souness dipecat dan digantikan oleh Glenn Roeder.
Glenn Roeder mulai menangani Newcastle saat liga musim 2005-2006 telah berjalan separuh lebih. Toon Army menutup musim dengan posisi 7 klasemen dan Alan Shearer pensiun dengan rekor gol 206 melewati rekor sebelumnya yang ditorehkan Jackie Milburn. Roeder kemudian mundur pada akhir musim 2006-2007 setelah Newcastle kembali tampil mengecewakan dan duduk di posisi 13 klasemen.
Sam Allardyce, mantan manager Bolton yang sukses membawa Bolton dari klub papan bawah menjadi klub kuda hitam Premier League, ditunjuk untuk menggantikan Roeder pada 15 Mei 2007. Ini adalah kali terakhir pula Freddy Shepperd menjadi chairman sebelum ia menjual sahamnya kepada Mike Ashley. Posisi chairman ditugaskan pada Chris Mort. Walaupun membawa angin segar perubahan pada klub pada awalnya, Allardyce mundur pada 9 Januari 2008, atau hanya kurang dari 8 bulan setelah ia mulai menangani Newcastle.
Kembalinya Kevin Keegan II & Konflik Klub
Kevin Keegan, pilihan populer fans Newcastle, menerima tugas untuk menangani Newcastle kembali pada 16 Januari 2008. Ini adalah 11 tahun sejak Keegan menjadi manager Newcastle terakhir. Setelah penunjukan Keegan, klub dibawah pemilik baru itu juga menunjuk Dennis Wise (mantan pemain Chelsea dan manager Leeds) untuk duduk di posisi Direktur Sepakbola, Tony Jimenez sebagai Wakil Presiden Klub (berwenang dalam transfer pemain) dan Jeff Vetere sebagai Technical Co-ordinator. Sistem managemen model tersebut memang banyak diterapkan banyak klub di luar Inggris. Jadi misalnya dalam urusan transfer pemain, Wise dan Vetere harus menyetujui profil calon pemain sebelum Jimenez melakukan deal transfer pemain.
Namun pada prakteknya, Keegan merasa bahwa wewenangnya sebagai manager klub terganggu dengan adanya posisi direktur sepakbola (Wise) dan Teknikal Koordinator (Vetere). Pilihan pemain seakan sudah bukan di tangannya dan ini tentunya mempengaruhi rencana dan pekerjaannya sebagai manager klub. Tidak lama setelah akhir jendela transfer I ditutup, tepatnya 4 September 2008, Keegan memutuskan untuk mundur dari Newcastle. Hanya 232 hari semenjak ia mulai menangani klub. Pada pertandingan kandang melawan Hull, 13 September 2008, fans Newcastle berdemo dan berunjuk rasa pada klub, khususnya pada Mike Ashley dan Dennis Wise.
Beberapa hari setelah itu, Ashley mengumumkan bahwa ia akan menjual klub. Ia berkilah bahwa ia tidak membeli Newcastle demi keuntungan. Dan parahnya, ia pun mengatakan bahwa ia tidak dapat membiayai klub lagi. Newcastle tampaknya akan berpindah tangan kembali dan Ashley akan mendapatkan keuntungan luar biasa dari penjualan Newcastle.
Pemain Legendaris
- Jackie Milburn
- Joe Harvey
- Malcolm MacDonald
- Bobby Moncur
- Wyn Davies
- Hughie Gallacher
- Bryan 'Pop' Robson
- Stan Seymour
- Kevin Keegan
- Peter Beardsley
- Paul Gascoigne
- Chris Waddle
- Alan Shearer
Prestasi
- 4 Liga Premier Inggris: 1905, 1906, 1907, 1929
- 6 Piala FA: 1910, 1924, 1932, 1951, 1952, 1955
- 1 FA Community Shield: 1909
- 1 Piala UEFA (dulu masih bernama Piala Fairs): 1969
- 1 Liga Divisi Dua Inggris: 1965
- 1 Liga Divisi Satu Inggris: 1993
- 1 Piala Texaco: 1974, 1975
- 1 Piala Anglo-Italia: 1973
- 1 Piala Intertoto: 2006
Manchester United F.C.
Nama Lengkap : Manchester United
Julukan : The Red Devils (Setan Merah)
Didirikan : 1878, sebagai Newton Heath
Lapangan : Old Trafford, Manchester
Kapasitas : 76.000
Ketua : Joel & Avram Glazer
Manajer : Sir Alex Ferguson
Liga : English Premier League
2007-2008 : Peringkat ke-1 English Premier League
Manchester United F.C. (biasa disingkat Man Utd, Man United atau hanya MU ) adalah sebuah klub sepak bola Inggris yang berbasis di Old Trafford, Manchester.
Dibentuk sebagai Newton Heath LYR F.C. pada 1878 sebagai tim sepak bola depot Perusahaan Kereta Api Lancashire dan Yorkshire Railway di Newton Heath, namanya berganti menjadi Manchester United pada 1902.
Meski sejak dulu telah termasuk salah satu tim terkuatdi Inggris, barulah sejak 1993 Manchester United meraih dominasi yang besar di kejuaraan domestik di bawah arahan Sir Alex Ferguson - dominasi dengan skala yang tidak terlihat sejak berakhirnya era Liverpool F.C. pada pertengahan 1970-an dan awal 1980-an. Sejak bergulirnya era Premiership di tahun 1992, Manchester United adalah tim yang paling sukses dengan delapan kali merebut tropi juara.
Meskipun sukses di kompetisi domestik, kesuksesan tersebut masih sulit diulangi di kejuaraan Eropa; mereka hanya pernah meraih juara di Liga Champions tiga kali sepanjang sejarahnya (1968, 1999, 2008).
MU menjadi salah satu klub paling sukses di Inggris; sejak musim 86-87, mereka telah meraih 20 trofi besar - jumlah ini merupakan yang terbanyak di antara klub-klub Liga Utama Inggris. Mereka telah memenangi 17 trofi juara
Liga Utama Inggris. Pada tahun 1968, mereka menjadi tim Inggris pertama yang berhasil memenangi Liga Champions Eropa, setelah mengalahkan S.L. Benfica 4–1, dan mereka memenangi Liga Champions Eropa untuk kedua kalinya pada tahun 1999 dan sekali lagi pada tahun 2008 setelah mengalahkan Chelsea F.C. di final. Mereka juga memegang rekor memenangi Piala FA sebanyak 11 kali.[1]
Pada 12 Mei 2005, pengusaha Amerika Serikat Malcolm Glazer menjadi pemilik klub dengan membeli mayoritas saham yang bernilai £800 juta (US$1,47 milyar) seiring dengan banyaknya protes dari para pendukung fanatik.
Sejarah
Tahun Awal (1878-1945)

Tim Manchester United pada awal sesi 1905-06, yang pada saat itu menjadi juara dua di Divisi 2 dan terangkat.
Tim pertama kali dibentuk dengan nama Newton Heath L&YR F.C. pada 1878 sebagai tim karya Lancashire dan Yorkshire stasiun kereta api di Newton Heath. Kaos tim berwarna hijau - emas. Mereka bermain di sebuah lapangan kecil di North Road, dekat stasiun kereta api Piccadilly Manchester selama lima belas tahun, sebelum pindah ke Bank Street di kota dekat Clayton pada 1893. Tim sudah memasuki kompetisi sepak bola tahun sebelumnya dan mulai memutuskan hubungannya dengan stasiun kereta api, menjadi perusahaan mandiri, mengangkat seorang sekretaris perkumpulan dan pengedropan "L&YR" dari nama mereka untuk menjadi Newton Heath F.C saja..
Tak lama kemudian, di tahun 1902, tim nyaris bangkrut, dengan utang lebih dari £2500. Lapangan Bank Street mereka telah ditutup.[2]
Sebelum tim mereka bubar, mereka menerima investasi dari J. H. Davies, direktur Manchester Breweries. Awalnya, seorang legenda tim, Harry Stafford, yang merupakan kapten tim, memamerkan anjing St. Bernardnya, kemudian Davies memutuskan untuk membeli anjing itu. Stafford menolak, tetapi berhasil mempengaruhi Davies untuk menannamkan modal pada tim dan menjadi chairman tim.[3] Diadakan rapat untuk mengganti nama perkumpulan. Manchester Central dan Manchester Celtic adalah nama yang diusulkan, sebelum Louis Rocca, seorang imigran muda asal Italia, berkata "Tuan-tuan, mengapa kita tidak menggunakan nama Manchester United?"[4] Nama ditetapkan dan Manchester United secara resmi eksis mulai 26 April 1902. Davies juga memutuskan untuk mengganti warna tim dan terpilihlah warna merah dan putih sebagai warna tim Manchester United. Ernest Mangnall ditunjuk menjadi sekretaris klub menggantikan James West yang mengundurkan diri pada
tanggal 28 September 1902. Mangnall bekerja keras untuk mengangkat tim ke Divisi Satu dan gagal pada upaya pertamanya, menempati urutan 5 Liga Divisi Dua. Mangnall memutuskan untuk menambah sejumlah pemain ke dalam klub dan merekrut pemain seperti Harry Moger, Dick Duckworth, dan John Picken, ada juga Charlie Roberts yang membuat dampak besar. Dia dibeli £750 dari Grimsby Town pada April 1904, dan membawa tim ke posisi tiga klasmen akhir musim 1903-1904. Mereka kemudian berpromosi ke Divisi Satu setelah finis diurutan dua Divisi Dua musim 1905–06. Musim pertama mereka di Divisi Satu berakhir kurang baik, mereka menempati urutan 8 klasmen. Akhirnya mereka memenangkan gelar liga pertamanya pada tahun 1908. Manchester City sedang diselidiki karena menggaji pemain diatas regulasi yang ditetapkan FA. Mereka didenda £250 dan delapan belas pemain mereka dihukum tidak boleh bermain untuk mereka lagi. United dengan cepat mengambil kesempatan dari situasi ini, merekrut Billy Meredith dan Sandy Turnbull, dan lainnya. Pemain baru ini tidak boleh bermain dahulu sebelum tahun Baru 1907, akibat dari skors dari FA. Mereka mulai bermain pada musim 1907–08 dan United membidik gelar juara saat itu. Kemenangan 2–1 atas Sheffield United memulai kemenangan beruntun sepuluh kali United. Namun pada akhirnya, mereka tutup musim dengan keunggulan 9 poin dari rival mereka, Aston Villa.
Klub membutuhkan waktu dua tahun untuk membawa trofi lagi, mereka memenangkan trofi Liga Divisi Satu untuk kedua kalinya pada musim 1910–11. United pindah ke lapangan barunya Old Trafford. Mereka memainkan pertandingan pertamanya di Old Trafford pada tanggal 19 Februari 1910 melawan Liverpool, tetapi mereka kalah 4-3. Mereka tidak mendapat trofi lagi pada musim 1911–12, mereka tidak didukung oleh Mangnall lagi karena dia pindah ke Manchester City setelah 10 tahunnya bersama United. Setelah itu, mereka 41 tahun bermain tanpa memenangkan satu trofi pun.
United kembali terdegradasi pada tahun 1922 setelah sepuluh tahun bermain di Divisi Satu. Mereka naik divisi lagi tahun 1925, tetapi kesulitan untuk masuk jajaran papan atas liga Divisi Satu dan mereka turun divisi lagi pada tahun 1931. United meraih mencapaian terendah sepanjang sejarahnya yaitu posisi 20 klasemen Divisi Dua 1934. kekuatan mereka kembali ketika musim 1938–39.
Era Busby (1945-1968)
Pada tahun 1945, Matt Busby ditunjuk menjadi manager dari tim yang berbasis di Old Trafford ini. Dia meminta sesuatu yang tidak biasa pada pekerjaannya, seperti menunujuk tim sendiri, memilih pemain yang akan direkrut sendiri dan menentukan jadwal latihan para pemain sendiri. Dia telah kehilangan lowongan manager di klub lain, Liverpool F.C., karena pekerjaan yang diinginkannya itu dirasa petinggi Liverpool adalah pekerjaan seorang direktur, tetapi United memberikan kesempatan untuk ide inovatifnya. Pertama, Busby tidak merekrut pemain, melainkan seorang asisten manager yang bernama Jimmy Murphy. Keputusan menunjuk Busby sebagai manager merupakan keputusan yang sangat tepat, Busby membayar kepercayaan pengurus dengan mengantar United ke posisi kedua liga pada tahun 1947, 1948 and 1949 dan memenangkan Piala FA tahun 1948. Stan Pearson, Jack Rowley, Allenby Chilton, dan Charlie Mitten memiliki andil yang besar dalam pencapaian United ini.
Charlie Mitten pulang ke Colombia untuk mencari bayaran yang lebih baik, tetapi kemampuan pemain senior United tidak menurun dan kembali meraih gelar Divisi Satu pada 1952. Busby tahu, bahwa tim sepak bola tidak hanya membutuhkan pengalaman pemainnya, maka, dia juga berpikir untuk memasukkan beberapa pemain muda. Pertama-tama, pemain muda seperti Roger Byrne, Bill Foulkes, Mark Jones dan Dennis Viollet, membutuhkan waktu untuk menunjukkan permainan terbaik mereka, akibatnya United tergelincir ke posisi 8 pada 1953, tetapi tim kembali memenangkan liga tahun 1956 dengan tim yang usia rata-rata pemainnya hanya 22 tahun, mencetak 103 gol. Kebijakan tentang pemain muda ini mengantarkannya menjadi salah satu manager yang paling sukses menangani Manchester United (pertengahan 1950-an, pertengahan akhir 1960-an dan 1990-an). Busby mempunyai pemain bertalentatinggi yang bernama Duncan Edwards. Pemuda asal Dudley, West Midlands memainkan debutnya pada umur 16 tahun di 1953. Edwards dikatakan dapat bermain disegala posisi dan banyak yang melihatnya bermain mengatakan bahwa dia adalah pemain terbaik. Musim berikutnya, 1956–57, mereka menang liga kembali dan mencapai final Piala FA, kalah dari Aston Villa. Mereka menjadi tim Inggris pertama yang ikut serta dalam kompetisi Piala Champions Eropa, atas kebijakan FA. Musim lalu, FA membatalkan hak Chelsea untuk tampil di Piala Champions. United dapat mencapai babak semi-final dan kemudian dikandaskan Real Madrid. Dalam perjalanannya ke semi-final, United juga mencatatkan kemenangan yang tetap menunjukkan bahwa mereka adalah tim besar, mengalahkan tim juara Belgia Anderlecht 10–0 di Maine Road.

Sebuah plat kenangan di Old Trafford sebagai penghargaan untuk para pemain yang meninggal pada tragedi Munich Air.
Tragedi terjadi pada musim berikutnya, ketika pesawat membawa tim pulang dari pertandingan Piala Champions Eropa mengalami kecelakaan saat mendarat di Munich, Jerman untuk mengisi bahan bakar. Tragedi Munich air tanggal 6 Februari 1958 merenggut nyawa 8 pemain tim - Geoff Bent, Roger Byrne, Eddie Colman, Duncan Edwards, Mark Jones, David Pegg, Tommy Taylor dan Liam "Billy" Whelan - dan 15 penumpang lainnya, termasuk beberapa staf United, Walter Crickmer, Bert Whalley dan Tom Curry.[5] Terjadi 2 kali pendaratan sebelum yang ketiga terjadi kesalahan fatal, yang disebabkan tidak stabilnya kecepatan pesawat karena adanya lumpur. Penjaga gawang United Harry Gregg mempertahankan kesadaran saat kecelakaan itu dan dibawah ketakutan pesawat akan meledak, menyelamatkan Bobby Charlton and Dennis Viollet dengan mengencangkan sabuk pengamannya. Tujuh pemain United menginggal dunia di tempat sedangkan Duncan Edwards tewas ketika perjalanan menuju rumah sakit. Sayap kanan Johnny Berry juga selamat dari kecelakaan itu, tetapi cedera membuat karir sepak bolanya berakhir cepat. Dokter Munich mengatakan bahwa Matt Busby tidak memiliki banyak harapan, namun ia pulih dengan ajaibnya dan akhirnya keluar dari rumah sakit setelah dua bulan dirawat di rumah sakit.
Ada rumor bahwa tim akan mengundurkan diri dari kompetisi, namub Jimmy Murphy mengambil alih posisi manager ketika Busby dirawat di rumah sakit, klub melanjutkan kompetisinya. Meskipun kehilangan pemain, mereka mencapai final Piala FA 1958, dimana mereka kalah dari Bolton Wanderers. Akhir musim, UEFA menawarkan FA untuk dapat mengirimkan United dan juara liga Wolverhampton Wanderers untuk berpartisipasi di Piala Champions untuk penghargaan kepada para korban kecelakaan, namun FA menolak. United menekan Wolves pada musim berikutnya dan menyelesaikan liga di posisi kedua klasemen; tidak buruk untuk sebuah tim yang kehilangansembilan pemain akibat tragedi Munich air.
Busby membangun kembali tim di awal dekade 60-an, membeli pemain seperti Denis Law dan Pat Crerand. Mungkin orang yang paling terkenal dari sejumlah pemain muda ini adalah pemuda Belfast yang bernama George Best. Best memiliki keatletikkan yang sangat langka. Tim memenangkan Piala FA tahun 1963, walaupun hanya finis diurutan 19 Divisi Satu. Keberhasilan di Piala FA membuat pemain menjadi termotivasi dan membuat klub terangkat pada posisi kedua liga tahun 1964, dan memenangkan liga tahun 1965 dan 1967. United memenangkan Piala Champions Eropa 1968, mengalahkan tim asuhan Eusébio SL Benfica 4–1 dipertandingan final, menjadi tim Inggis pertama yang memenagkan kompetisi ini. Tim United saat itu memiliki Pemain Terbaik Eropa, yaitu: Bobby Charlton, Denis Law and George Best. Matt Busby mengundurkan diri pada tahun 1969 dan digantikan oleh pelatih tim cadangan, Wilf McGuinness.
Masa Sulit (1969-1986)
United mengalami masa-masa sulit ketika ditangani Wilf McGuinness, selesai diurutan delapan liga pada musim 1969–70. Kemudian dia mengawali musim 1970–71 dengan buruk, sehingga McGuinness kembali turun jabatan menjadi pelatih tim cadangan. Busby kembali melatih United, walaupun hanya 6 bulan. Dibawah asuhan Busby, United mendapat hasil yang lebih baik, namun pada akhirnya ia meninggalkan klub pada tahun 1971. Dalam waktu itu, United kehilangan beberapa pemain kuncinya seperti Nobby Stiles dan Pat Crerand.
Manager Celtic yang berhasil membawa Piala Champions ke Glasgow, Jock Stein, ditunjuk untuk mengisi posisi manager — Stein telah menyetujui kontrak secara verbal dengan United, tetapi membatalkannya — .
Frank O'Farrell ditunjuk sebagai suksesor Busby. Seperti McGuinness, O'Farrell tidak bertahan lebih dari 18 bulan, bedanya hanya O'Farrell bereaksi untuk menanggulangi penampilan buruk dari United dengan membawa muka baru ke dalam klub, yang paling nyata adalah direkrutnya Martin Buchan dari Aberdeen seharga £125,000. Tommy Docherty menjadi manager diakhir 1972. Docherty, atau "Doc", menyelamatkan United dari degradasi namun United terdegradasi pada 1974, yang saat itu trio Best, Law and Charlton telah meninggalkan klub. Denis Law pindah ke Manchester City pada musim panas tahun 1973. Pemain seperti Lou Macari, Stewart Houston dan Brian Greenhoff direkrut untuk menggantikan Best, Law and Charlton, namun tidak menghasilkan apa-apa.
Tim meraih promosi pada tahun pertamanya di Divisi Dua, dengan peran besar pemain muda berbakat Steve Coppell yang bermain baik pada musim pertamanya bersama United, bergabung dari Tranmere Rovers. United mencapai Final Piala FA tahun 1976, tetapi mereka dikalahkan Southampton. Mereka mencapai final lagi tahun 1977 dan mengalahkan Liverpool 2–1. Didalam kesuksesan ini, Docherty dipecat karena diketahui memiliki hubungan dengan istri fisioterapi.
Dave Sexton menggantikan Docherty di musim panas 1977 dan membuat tim bermain lebih defensif. Gaya bermain ini tidak disukai suporter, mereka lebih menyukai gaya menyerang Docherty dan Busby. Beberapa pemain dibeli Sexton seperti Joe Jordan, Gordon McQueen, Gary Bailey dan Ray Wilkins, namun tidak dapat mengangkat United menembus ke papan atas, hanya sekali finis diurutan kedua, dan hanya sekali lolos ke babak final Piala FA, dikalahkan Arsenal. Karena tidak meraih gelar, Sexton dipecat pada tahun 1981, walaupun ia memenangkan 7 pertandingan terakhirnya.
Dia digantikan manager flamboyan Ron Atkinson. Dia memecahkan rekor transfer di Inggris dengan membeli Bryan Robson dari West Brom. Robson disebut-sebut merupakan pemain tengah terbaik sepeninggal Duncan Edwards. Tim Atkinson memiliki pemain baru seperti Jesper Olsen, Paul McGrath dan Gordon Strachan yang bermain bersama Norman Whiteside dan Mark Hughes. United memenangkan Piala FA 2 kali dalam 3 tahun, pada 1983 dan 1985, dan diunggulkan untuk memenangkan liga musim 1985–86 setelah memenangkan 10 pertandingan liga pertamanya, membuka jarak 10 poin dengan saingan terdekatnya sampai Oktober 1986. Penampilan United kemudian menjadi buruk dan United mengakhiri musim di urutan 4 klasemen. Hasil buruk United terus berlanjut sampai akhir musim dan dengan hasil yang buruk yaitu diujung batas degradasi, pada November 1986, Atkinson dipecat.
Era Alex Ferguson (1986-sekarang)

Alex Ferguson datang dari Aberdeen untuk menggantikan Atkinson dan mengantarkan klub meraih posisi 11. Musim berikutnya yaitu musim 1987–88, United menyelesaikan liga di posisi kedua, dengan Brian McClair yang menjadi pencetak 20 gol liga setelah George Best.
United mengalami masa sulit 2 musim berikutnya. Dengan pembelian pemain yang cukup banyak, Ferguson tidak dapat memenuhi harapan suporter. Alex Ferguson telah berada dalam bahaya pemecatan pada awal 1990, tetapi sebuah gol dari Mark Robins membawa United menang 1–0 atas Nottingham Forest dibabak ketiga Piala FA. Ini membuat Ferguson terselamatkan dan pada akhirnya United memenangkan Piala FA, setelah mengalahkan Crystal Palace di partai ulang babak final.
United memenangkan Winners' Cup Eropa di 1990–91, mengalahkan juara Spanyol musim itu, Barcelona di final, tetapi mengecewakan di musim berikutnya karena di liga mereka kalah dari saingan, Leeds United.
Kedatangan Eric Cantona di November 1992 merupakan sebuah langkah krusial United saat itu. Cantona membaur bersama pemain [[nal Piala FA menjadikan MU menjadi juara dua di liga dan Piala FA. Ferguson membuat suporter kesal karena menjual beberapa pemain Beberapa dari mereka langsung terpilih menjadi anggota Tim Nasional Sepak Bola Inggris. Secara mengejutkan, United kembali meraih double pada musim 1995–96. Ini adalah pertama kalinya klub Inggris meraih double sebanyak dua kali dan akhirnya mereka mendapat sebutan "Double Double".[6]
Mereka memenangkan liga musim 1996–97 dan Eric Cantona menyatakan pensiun dari persepak bolaan profesional pada usia 30. Mereka mengawali musim 1997–98 dengan baik, tetapi mengakhiri liga pada posisi dua klasemen, dibawah pemenang dua gelar, Arsenal.
Treble (1998-1999)
Musim 1998–99 untuk Manchester United adalah musim tersukses karena mereka berhasil menjadi satu-satunya tim Inggris yang pernah meraih Treble(tiga gelar dalam satu musim) — dengan memenangkan Liga Utama Inggris, Piala FA dan Liga Champion UEFA di musim yang sama.[7] Setelah melewati Liga Utama yang padat, Manchester United berhasil memenangkan liga pada pertandingan terakhir melawan Tottenham Hotspur dengan skor 2–1, ketika Arsenal menang 1–0 atas Aston Villa.[8] Memenangkan Liga Utama merupakan bagian pertama dari treble United, yang disebut Ferguson bagian tersulit.[8] Di final Piala FA mereka bertemu Newcastle United dan menang 2–0 melalui gol Teddy Sheringham dan Paul Scholes.[9] Pada pertandingan terakhir mereka musim itu, pertandingan Final Liga Champions Eropa 1999, mereka mengalahkan Bayern Munich, pertandingan tersebut disebut-sebut sebagai comeback terbaik yang pernah ada, kalah sampai dengan injury time dan mencetak gol dua kali di menit-menit terakhir untuk memastikan kemenangan 2–1.[7] Manchester United juga memenangkan Piala Interkontinental setelah mengalahkan Palmeiras 1–0 di Tokyo.[10]
Setelah Treble (1999-sekarang)
United memenangkan liga tahun 2000 dan 2001, tetapi mereka gagal meraih kembali trofi kompetisi Eropa. Pada tahun 2000, Manchester United menjadi salah satu dari 14 pendiri kelompok G-14.[11] Ferguson mengadopsi gaya permainan bertahan dan tetap gagal di kompetisi Eropa dan United menyelesaikan liga pada urutan ketiga klasemen. Mereka meraih kembali gelar liga musim berikutnya dan memulai musim dengan sangat baik, namun penampilan mereka memburuk ketika Rio Ferdinand menerima skorsing 8 bulan karena gagal dalam tes doping. Mereka memenangkan Piala FA 2004, setelah mengalahkan Millwall.
Musim 2004-05, produktivitas gol United berkurang, yang disebabkan oleh cederanya Ruud van Nistelrooy dan United menyelesaikan musim tanpa meraih satu gelar pun. Kali ini, Piala FA dimenangkan oleh Arsenal yang mengalahkan United melalui adu penalti. Di luar lapangan, cerita utamanya adalah kemungkinan klub diambil alih oleh pihak lain dan pada akhir musim, Malcolm Glazer, seorang pengusaha asal Tampa, telah memiliki kepemilikikan United.
United melakukan awal buruk pada musim 2005–06, dengan kepergian Roy Keane yang bergabung dengan Celtic setelah United banyak dikritik publik dan klub gagal melewati babak knock-out Liga Champions untuk pertama kalinya dalam satu dekade setelah kalah dari tim asal Portugal, Benfica. Musim ini adalah musim yang buruk bagi United karena pemain kunci mereka seperti, Gabriel Heinze, Alan Smith, Ryan Giggs dan Paul Scholes cedera. Mereka hanya meraih satu gelar musim itu, Piala Liga, mengalahkan tim promosi Wigan Athletic dengan skor 4–0. United memastikan tempat di urutan kedua klasemen liga dan lolos otomatis ke Liga Champions setelah mengalahkan Charlton Athletic 4–0. Akhir musim 2005–06, satu dari penyerang kunci, Ruud van Nistelrooy, meninggalkan klub dan bergabung dengan Real Madrid, karena hubungannya dengan Alex Ferguson retak.[12]
Musim 2006-07 memperlihatkan gaya permainan United yang menyerang seperti pada dekade 90-an, mencetak 20 gol lebih di 32 pertandingan. Pada Januari 2007, United mendapatkan Henrik Larsson dengan status pinjaman selama 2 bulan dari Helsingborgs, dan pemain itu memiliki pera penting dalam pencapaian United di Liga Champions,[13] dengan harapan meraih Treble kedua; namun setelah mencapai babak semi-final, United kalah dari A.C. Milan 3–5(agregat).[14]
Dalam perayaan ke-50 keikutsertaan Manchester United dalam kompetisi Eropa, dan juga perayaan ke-50 dari Treaty of Rome, Manchester United bertanding melawan Marcello Lippi dan tim Eropa XI di Old Trafford pada 13 Maret 2007. United memenangkan pertandingan 4–3.[15]
Empat tahun setelah gelar terakhir mereka, United meraih kembali gelar juara liga pada 6 Mei 2007, setelah Chelsea bermain imbang dengan Arsenal, meninggalkan the Blues tujuh poin dibelakang dengan menyisakan 2 pertandingan, diikuti kemenangan United 1–0 dalam derbi Manchester hari sebelumnya, mengantarkan United ke gelar kesembilan Premiership-nya dalam 15 tahun eksistensinya. Namun, mereka tidak dapat mencapai double keempat mereka, karena Chelsea mengalahkan United 1-0 di final Piala FA 2007 yang berlangsung di Stadion Wembley yang baru.
Pada 11 Mei 2008, United kembali meraih gelar liga setelah mengalahkan Wigan 2-0 di pertandingan terakhir untuk memastikan gelar tersebut, disusul gelar Liga Champion pada tanggal 21 Mei 2008 yang diraih dengan mengalahkan Chelsea 6-5 di final melalui adu penalti setelah bermain seri 1-1 di waktu normal 2x45 menit serta perpanjangan waktu 2x15 menit.
Lambang dan warna klub
Ketika nama tim masih Newton Heath, seragam tim berwarna hijau-kuning. Pada tahun 1902, sehubungan dengan pergantian nama menjadi Manchester United, klub mengganti warna seragam mereka menjadi merah(kaos), putih(celana), dan hitam(kaos kaki), yang menjadi standar seragam MU sampai saat ini. Pengecualian ketika tim bertanding di Final Piala FA tahun 1909 melawan Bristol City, kaos berwarna putih berkerah merah berbentuk V. Desain seragam ini kembali digunakan saat 1920-an ketika seragam tim berwarna merah-merah.
Kostum tandang biasanya adalah kaos putih, celana hitam, dan kaos kaki putih, tetap warna lain juga pernah digunakan, termasuk kaos biru bergaris putih yang digunakan dari tahun 1903 sampai 1916, hitam seluruhnya pada 1994 dan 2003 dan kaos biru dengan garis horisontal perak pada tahun 2000. Satu yang paling terkenal, hanya dipakai sebentar, kostum tandang United yang berwarna keseluruhan abu-abu dipakai pada musim 1995–96. Kostum ini tidak digunakan lagi saat MU kalah pada pertandingan pertama pemakaian kostum ini. Pada babak pertama, MU kalah 3-0 dari Southhampton, mereka mengganti seragam yang mereka kenakan menjadi seragam ketiga mereka yang berwarna biru-putih, tetapi pada akhirnya kalah 3–1. Seragam abu-abu tidak pernah lagi digunakan akibat hasil buruk yang mereka dapat pada pertandingan pertama dengan seragam abu-abu itu.[16][17] Seragam tandang MU yang terkenal lainnya adalah kaos putih dengan lengan hitam dan garis emas-hitam. Seragam ini adalah seragam terakhir yang didesain Umbro sebelum MU memilih produsen Nike, dan memperingati 100 tahun pergantian nama dari Newton Heath F.C menjadi Manchester United.
Kostum ketiga United berwarna biru, yang dikenakan pemain saat memenangkan Piala Champions 1968. Pengecualian, kostum kuning terang yang digunakan pada awal 1970-an, seragam biru bergaris putih yang dipakai 1996, dan kaos putih bergaris merah-hitam yang dipakai pada 2004. United juga menggunakan kostum ketiga untuk latihan. United mengadopsi warna kostum hitam keseluruhan pada musim 1998–99 dan kaos biru tua dengan pinggiran marun pada tahun 2001 untuk bertanding melawan Southampton dan PSV Eindhoven.
Lambang Manchester United telah diganti beberapa kali, tetapi perubahan yang dilakukan tidak terlalu signifikan. Setan yang terletak ditengah lambang merupakan akar dari julukan "Setan Merah"(The Red Devils), yang muncul di era 1960-an setelah Matt Busby mendengar itu dari fans tim rugbi Salford.[18] Pada akhir 60-an, the devil had started to be included on club programmes and scarves, sebelum akhirnya lambang setan itu dimasukkan ke dalam lambang klub, memegang trisula. Di 1998, logo kembali didesain ulang, kali ini menghilangkan tulisan "Football Club".[19] Perubahan ini bertentangan dengan pendapat suporter, yang memandang bahwa MU semakin menjauhi akar sepak bola dan perubahan ini hanya untuk kepentingan bisnis semata.
Pemain
Tim Utama
No. | Posisi | Nama Pemain | No. | Posisi | Nama Pemain |
1 | GK | Edwin van der Sar | 20 | DF | Fabio |
2 | DF | Gary Neville (Kapten) | 21 | DF | Rafael |
3 | DF | Patrice Evra | 22 | DF | John O'Shea |
4 | MF | Owen Hargreaves | 23 | DF | Jonathan Evans |
5 | DF | Rio Ferdinand | 24 | MF | Darren Fletcher |
6 | DF | Wes Brown | 26 | FW | Manucho |
7 | MF | Cristiano Ronaldo | 28 | MF | Darron Gibson |
8 | MF | Anderson | 29 | GK | Tomasz Kuszczak |
9 | FW | Dimitar Berbatov | 32 | FW | Carlos Tévez |
10 | FW | Wayne Rooney | 33 | MF | Sam Hewson |
11 | MF | Ryan Giggs (Wakil kapten) | 34 | MF | Rodrigo Possebon |
12 | GK | Ben Foster | 35 | MF | Tom Cleverley |
13 | MF | Park Ji-Sung | 36 | MF | David Gray |
15 | DF | Nemanja Vidić | 39 | GK | Ron-Robert Zieler |
16 | MF | Michael Carrick | 39 | DF | James Chester |
17 | MF | Nani | 40 | GK | Ben Amos |
18 | MF | Paul Scholes | 41 | FW | Federico Macheda |
19 | FW | Danny Welbeck | 42 | DF | Richard Eckersley |
Pemain yang dipinjamkan
No. | Posisi | Nama Pemain |
25 | DF | Danny Simpsons (di Blackburn Rovers sampai 30 Juni 2009) |
30 | MF | Lee Martin (di Nottingham Forest sampai 31 Desember 2008) |
31 | FW | Fraizer Campbell (di Tottenham Hotspur sampai 30 Juni 2009) |
37 | DF | Craig Cathcart (di Plymouth Argyle sampai 8 Februari 2009) |
45 | FW | Febian Brandy (di Swansea City sampai 31 Desember 2008) |
-- | GK | Tom Heaton (di Cardiff City sampai 30 Juni 2009) |
Pengurus Klub
Pemilik : Malcolm Glazer
Presiden Direktur : Martin Edwards
Manchester United Limited
Chairman : Joel Glazer & Avram Glazer
Direktur : Bryan Glazer, Kevin Glazer, Edward Glazer & Darcie Glazer
Pimpinan Eksekutif : David Gill
Chief Operating Officer : Michael Bolingbroke
Direktur Komersial : Richard Arnold
Klub sepak bola Manchester United
Direktur : David Gill, Michael Edelson, Sir Bobby Charlton, Maurice Watkins
Sekretaris Klub : Ken Ramsden
Asisten Sekretaris Klub : Ken Merrett
Staf tim senior
Sekretaris Perusahaan : Patrick Stewart
Asisten Sekretaris Perusahaan : Ken Ramsden
Direktur Komunikasi : Phil Townsend
Direktur Komersial : Ben Hatton
Direktur Pemasaran : vacant
Direktur Servis Finansial : Steve Falk
Direktur Finansial dan TI : Steve Deaville
Direktur Fasilitas : Clive Snell
Staf kepelatihan dan medis
Manajer : Sir Alex Ferguson
Asisten Manajer : Mike Phelan
Pelatih Tim Utama : René Meulensteen
Pelatih Kiper : Eric Steele
Pelatih Kebugaran : Tony Strudwick
Pelatih Fisik : Mick Clegg
Manajer Tim Cadangan : Ole Gunnar Solskjær
Pelatih Tim Cadangan : Warren Joyce
Pimpinan Pencari Bakat : Jim Lawlor
Pimpinan Pencari Bakat Eropa : Martin Ferguson
Direktur Akademi : Brian McClair
Direktur Sepak Bola Muda : Jimmy Ryan
Staf Kepelatihan Akademi
Asisten Direktur untuk usia 17–21 tahun : Paul McGuinness
Asisten Direktur untuk usia 9–16 tahun : Tony Whelan
Pelatih Kepala U-18 : Paul McGuinness
Pelatih Kepala U-16 : Mark Dempsey
Pelatih Kepala U-12 : Tony Whelan
Pelatih Kepala U-10 : Eamon Mulvey
Pelatih Pengembangan Teknik : René Meulensteen
Pelatih Kiper : Richard Hartis
Pelatih Akademi : Eddie Leach, Tommy Martin, Mike Glennie & Andy Welsh
Staf Medis
Dokter Tim : Dr. Steve McNally
Asisten Dokter Tim : Dr. Tony Gill
Ahli fisioterapi Tim Utama : Rob Swire
Ahli fisioterapi Tim Cadangan : Neil Hough
Ahli fisioterapi Akademi Senior : Mandy Johnson
Ahli fisioterapi Akademi : John Davin & Richard Merron
Pemijat : Gary Armer & Rod Thornley
Pengatur Makanan Tim : Trevor Lea
Prestasi
Domestik
Liga
Liga Utama Inggris[22]: 17
1907–08, 1910–11, 1951-52, 1955-56, 1956–57, 1964–65, 1966-67, 1992-93, 1993-94, 1995-96, 1996-97, 1998-99, 1999-2000, 2000-01, 2002–03, 2006-07, 2007-08
Liga Divisi Satu Inggris[23]: 2
1935–36, 1974–75
Piala
Piala FA: 11
1909, 1948, 1963, 1977, 1983, 1985, 1990, 1994, 1996, 1999, 2004.
Piala Carling: 2
1992, 2006
FA Charity/Community Shield: 16
1908, 1911, 1952, 1956, 1957, 1965*, 1967*, 1977*, 1983, 1990*, 1993, 1994, 1996, 1997, 2003, 2007 (* juara bersama)
Eropa
Liga Champions UEFA: 3
1968, 1999, 2008
Piala Winners UEFA: 1
1991
Piala Super UEFA: 1
1991
Internasional
Piala Interkontinental/Kejuaraan Dunia Antar Klub: 1
1999