Tottenham Hotspur
22.04 | Author: HeN_NaV

Tottenham Hotspur F.C.







Nama Lengkap : Tottenham Hotspur F.C.

Julukan : Spurs

Didirikan : 1882

Lapangan : White Hart Lane, London

Kapasitas : 36.240

Ketua : Daniel Levy

Manajer : Juande Ramos

Liga : English Premier League

2006-2007 : Peringkat ke-5 di English Premier League

Tottenham Hotspur Football Club adalah klub sepak bola di London utara. Mereka juga dikenal sebagai Spurs, The Spurs dan Tottenham, sementara penggemar mereka memberi mereka nama the Lilywhites karena seragam tradisional mereka yang berwarna putih.

Motto dari klub ini adalah Audere est Facere yang merupakan bahasa Latin yang sering diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai "To Dare is To Do. Spurs memiliki perseteruan yang cukup tua dengan klub sekota, Arsenal, dan pertandingan antara Spurs dengan Arsenal terkenal dengan nama Derby London Utara

Sejarah

Periode Awal (1882-1949)

Pada tahun 1882, para murid sekolah grammar All Hallow Church membentuk sebuah tim sepakbola bernama Hotspur Football Club. Mereka juga merupakan anggota klub kriket Hotspur Cricket Club. Nama ‘Hotspur’ sendiri diambil dari Sir Henry Pearce (Sir Henry Hotspur), nama seorang tokoh di buku Shakespeare Henry IV bagian I dan seorang bangsawan yang hidup di abad 14. Pada tahun 1884, klub merubah namanya menjadi Tottenham Hotspur Football and Athletic Club untuk membedakan dirinya dari tim lain bernama London Hotspur.

Pada awalnya warna kaus tim adalah biru tua (navy blue), untuk kemudian berubah lagi menjadi biru muda-putih, merah-biru dan coklat-emas. Terakhir pada musim 1899-1900, mereka baru merubah warna tim menjadi kaus putih-celana biru tua, sebagai penghargaan kepada klub Preston North End, klub Inggris tersukses di masa itu.

Pada tahun 1888, Tottenham memindahkan kandangnya dari Tottenham Marshes ke Northumberland Park dimana klub sudah mulai mengenakan tiket pada penontonnya. Pada tahun 1892, setelah dibujuk oleh Royal Arsenal (nantinya menjadi Arsenal), mereka berupaya untuk masuk dalam keanggotaan Southern League. Namun ditolak ketika mereka menjadi satu-satunya diantara 23 tim pemohon yang tidak mendapatkan suara voting. Mereka kemudian beralih status menjadi profesional sebelum Natal 1895 dan mengupayakan kembali permohonan untuk masuk menjadi anggota Southern League. Upaya kedua ini akhirnya berhasil. Tahun 1898 Charles Roberts menjadi chairman klub yang nantinya didudukinya sampai tahun 1943.

Tahun 1899, Spurs membangun markas barunya di dekat High Road, Tottenham. Stadion itu kemudian dinamai ‘White Hart Lane’, stadion Spurs sampai saat ini.

Tahun 1901, Tottenham menjuarai Piala FA dan menjadi satu-satunya klub di luar liga yang memenangkan piala tesebut sejak Football League dibentuk. Pada perayaan kemenangan, piala tersebut diberi pita berwarna oleh istri direktur Spurs Morton Cadman dan itu akhirnya menjadi tradisi yang bertahan sampai sekarang.

Tottenham baru masuk sebagai anggota Football League di musim 1908-1909, dimana saat itu keanggotaan dipilih melalui voting. Di musim pertamanya di divisi 2 , Spurs langsung promosi ke divisi 1 setelah keluar sebagai runner up. Tetapi di divisi 1, Spurs hanya bisa menghuni papan bawah klasemen sampai kemudian Perang Dunia I meletus dan kegiatan liga dihentikan (1914-1915).

Ketika liga dimulai kembali pada tahun 1919, divisi satu Inggris dimekarkan dari 20 menjadi 22 team. Spurs yang terdegradasi ke divisi 2 langsung promosi pada upaya pertamanya dengan menjuarai divisi 2 musim 1919-1920. Setahun kemudian Spurs bangkit dan menjuarai Piala FA nya yang kedua setelah mengalahkan Wolves 1-0 di final tanggal 23 April 1921. Spurs kemudian meraih posisi runner up liga tahun 1922, sayangnya setelah itu mereka mulai tenggelam kembali ke divisi 2 sampai Perang Dunia II.

Pasca Perang Dunia II :Era Arthur Rowe (1949-1955)

Pada saat itu sepakbola telah menjadi olahraga yang luar biasa populer di masyarakat Inggris dengan ribuan penonton selalu memadati pertandingan tiap minggunya. Tahun 1949, Arthur Rowe, manager Tottenham saat itu, menciptakan sebuah taktik ‘Push & Run’. Strateginya adalah setelah bola dioperkan pada rekan, pemain lari tanpa bola melewati penjaganya untuk menerima kembali umpan. Ini membuat pertandingan mengalir lebih cepat. Strategi tersebut kemudian terbukti ampuh membawa Spurs keluar sebagai juara divisi 2 musim 1949-1950. Tahun berikutnya, Tottenham kemudian tak tertahankan untuk langsung menjadi juara divisi satu (1950-1951). Pemain-pemain bintang saat itu adalah Alf Ramsey, Ronnie Burgess, Ted Ditchburn, Len Duquemin, Sonny Walters dan Bill Nicholson.

Ketidakberuntungan menghinggapi Spurs pada musim berikutnya, dimana cedera menghantui sepanjang musim. Tim-tim lain juga mulai mencontek cara Spurs bermain dan semakin mempersulit Spurs untuk mempertahankan gelarnya. Spurs hanya meraih posisi runner up liga musim 1951-1952. Prestasi mereka mulai menurun terus sampai kemudian Arthur Rowe mundur karena sakit di tahun 1955.

Era Bill Nicholson (1960-1975)

Musim 1960-1961, Spurs yang ditangani oleh Bill Nicholson. Baru pertandingan pertama Nicholson sudah mengisyaratkan bahaya bagi lawan-lawannya dengan kemenangan besar 10-4 atas Everton. Benar saja, Spurs meraih gelar ganda di musim tersebut setelah menjuarai liga dan Piala FA sekaligus. Piala FA kemudian dipertahankan lagi di tahun 1962 dan kemudian menyusul gelar juara Piala Winners 1963 di ajang Eropa. Pemain-pemain kunci asuhan Nicholson pada waktu itu adalah Danny Blanchflower, John White, Dave Mackay, Cliff Jones, Jimmy Greaves dan Terry Medwin.

Karena didominasi oleh pemain di usia senja, setelah tahun 1964 Spurs mulai kepayahan karena faktor umur pemain-pemain kuncinya. Nicholson lantas membangun tim dengan mengimpor pemain seperti Alan Gilzean, Mike England, Alan Mullery, Terry Venables, Joe Kinnear dan Cyril Knowles. Hasilnya, mereka kemudian mengalahkan Chelsea di final untuk menjuarai Piala FA 1967 dan finis di urutan ke 3 liga. Nicholson kemudian menambahkan lagi gelar juara Piala Liga tahun 1971 dan 1973 serta Piala UEFA tahun 1972.

Nicholson mundur di musim 1974-1975 akibat start buruk Spurs di liga dan juga rasa kecewa pada fans yang membuat kerusuhan atas kekalahan Spurs di final Piala UEFA 1974. Bill Nicholson selama hampir 16 tahun menangani Spurs telah mempersembahkan 8 gelar juara, periode tersukses Spurs sampai sekarang.

Periode 1975-1980

Spurs menjuarai Piala FA pada tahun 1981 dengan mengalahkan Manchester City 3-2, mereka perlu berterima kasih pada Ricky (Ricardo) Villa yang membuat gol solo run yang cantik. Tahun 1982, mereka kembali mempertahankanjuara Piala FA setelah mengandaskan QPR di final. Musim 1981-1982, perjalanan Spurs termasuk mulus di semua kompetisi yang diikutinya namun mereka benar-benar tidak beruntung, kalah di final Piala Liga melawan Liverpool, kalah di semi final Piala Winners dan hanya meraih posisi 4 liga.

Dengan pemain-pemain seperti Glenn Hoddle, Steve Archibald, Osvaldo Ardilles dan Steve Perryman, Tottenham Hotspur meraih juara Piala UEFA nya yang kedua pada tahun 1984. Beberapa minggu sebelum final itu, Burkinshaw telah mengumumkan bahwa ia akan mengundurkan diri setelah musim berakhir. Selama menangani Spurs selama 4 musim, Burkinshaw sukses mempersembahkan 3 gelar juara dan membawa Spurs menjadi klub papan atas liga.

Irving Scholar kemudian mengambil alih kepemilikan klub dan menunjuk Peter Shreeves menjadi manager baru Tottenham. Sheeves sempat membawa Spurs ke peringkat 3 musim 1984-1985, namun musim berikutnya penampilan mereka menurun dan duduk di peringkat 10 liga sementara Scholar berupaya untuk menstabilkan keuangan klub yang mulai goyah.

David Pleat, manager Luton Town, lantas ditunjuk untuk menggantikan Shreeves pada musim 1986-1987. Pleat memainkan taktik dengan 5 pemain gelandang (Glenn Hoddle, Osvaldo Ardilles, Steve Hodge, Paul Allen, Chris Waddle) dibelakang satu striker, Clive Allen, strategi ini cukup sukses membawa Spurs berpeluang juara di semua kompetisi yang diikutinya. Tottenham mencapai peringkat ke 3 liga, semifinal Piala Liga (kalah melawan Arsenal) dan maju ke final Piala FA. Sayangnya, dengan posisi yang lebih diunggulkan mereka justru kalah melawan tim kejutan, Coventry City, di final Piala FA yang dilangsungkan di Wembley. Pleat secara mengejutkan mundur dari Spurs pada Oktober 1987 karena merasa tidak nyaman dengan kehidupan pribadinya sebagai manager Spurs. Walau hanya semusim, prestasi Pleat termasuk mengagumkan dalam membawa Tottenham yang notabene tenggelam di musim sebelum ia pegang. Fans Spurs sendiri cukup penasaran dengan keputusannya karena mereka mulai menaruh harapan pada Pleat yang dalam waktu singkat bisa mensulap Tottenham menjadi klub berpotensi juara.

Mantan pemain Spurs, Terry Venables, ditunjuk untuk menggantikan Pleat. Setelah 2 musim, Spurs mulai menyeruak ke papan atas dengan meraih peringkat ke 3 musim 1989-1990. Di ajang Piala FA, Venables membawa Spurs menjadi juara pada tahun 1991. Tottenham dibawah polesan Venables diperkuat oleh Paul Gascoigne dan Gary Lineker, 2 pemain timnas Inggris yang mencapai semifinal Piala Dunia 1990.

Periode 1990-2001

Pasar bisnis properti yang merosot membuat chairman Spurs, Irving Scholar, hampir bangkrut. Venables bergabung dengan seorang pengusaha bernama Alan Sugar untuk mengambil alih Spurs dan membayar hutang klub yang mencapai 20 juta pounds, Gascoigne kemudian juga dijual demi kebutuhan dana klub. Venables kemudian menjabat posisi Chief Executive dan Peter Shreeves lagi-lagi ditunjuk untuk menduduki kursi manager Spurs. Hanya semusim, Shreeves kemudian dipecat dan digantikan duo manager Ray Clemence dan Doug Livermore. Tottenham mencapai papan tengah liga dan Venables kemudian dikeluarkan dari jajaran direksi menyusul perselisihan dengan Alan Sugar.

Ossie (Osvaldo) Ardilles, mantan pemain Spurs, kemudian diangkat menjadi manager klub pada tahun 1993. Dibawah Ardilles, Tottenham diperkuat oleh The Famous Five : Teddy Sheringham, Jurgen Klinsmann (striker), Nick Barmby (gelandang menyerang dibawah kedua striker), Darren Anderton (sayap kanan) dan Illie Dumitrescu (gelandang kiri). Klinsmann menjadi sensasi karena ketajamannya dan dengan cepat menjadi pemain favorit fans. Namun secara prestasi, Tottenham tidak banyak mengalami kemajuan sehingga Ardilles kemudian dipecat pada September 1994.

Pada akhir musim 1994, Tottenham terbukti bersalah akan pembayaran ilegal terhadap pemain dan liga kemudian menghukum dengan : poin dipotong 12 angka, diskors dari Piala FA 1 tahun dan denda £600.000. Tetapi Alan Sugar, chairman Tottenham, protes dan akhirnya hanya hukuman denda yang dikenakan.

Gerry Francis kemudian menggantikan Ardilles sebagai manager. Pada awalnya, Francis cukup impresif dengan membawa Spurs ke posisi 7 dan semifinal Piala FA. Tapi itu juga merupakan pencapaian terbaiknya karena setelah itu penampilan Spurs justru menurun terus. Musim 1996-1997, Tottenham masih dapat meraih peringkat 10 dan pada akhir musim Teddy Shreringham dijual ke Manchester United setelah tidak ada kesepakatan soal kontrak baru di Spurs. Pertengahan musim 1997-1998, tepatnya November 1997, Francis dipecat setelah Spurs hanya duduk di peringkat dua terbawah liga dan terancam degradasi. Christian Gross, pelatih juara liga Swiss Grasshoper, ditunjuk untuk menggantikan Francis. Ia tidak membawa kemajuan berarti bagi Spurs yang terus terpuruk di papan bawah sehingga Gross pun dipecat.

George Graham, mantan manager Arsenal, diangkat untuk menggantikan Gross. Walaupun dipenuhi oleh kritikan tajam fans Spurs karena latar belakang Graham yang erat dengan klub rival, Arsenal, Graham justru bisa membawa Spurs naik ke papan tengah dan bahkan menjuarai Piala Liga di tahun pertamanya. Spurs juga sempat lolos ke semifinal Piala FA sebelum dikalahkan Newcastle 0-2 dimana diwarnai keputusan kontroversial wasit yang merugikan Tottenham. Musim itu ditutup dengan manis saat bintang Spurs, David Ginola, meraih kedua penghargaan pemain; PFA Players’ of the year dan Football Writers' Association Footballer of the Year 1999. Namun musim berikutnya, Spurs menurun dan hanya meraih peringkat 10 liga.

ENIC Sports Mengambil alih kepemilikan

Bulan Febuari 2001, kesabaran Sugar akhirnya pecah dan ia kemudian menjual Spurs kepada ENIC Sports PLC yang dipimpin oleh Daniel Levy. Manager tim kemudian diberikan kepada legenda Spurs, Glenn Hoddle, yang mulai menangani klub sejak April 2001. Musim panas 2001 kapten klub, Sol Campbhell, hijrah ke Arsenal melalui bebas transfer (peraturan Bosman). Hoddle yang lebih menyukai pemain berpengalaman menarik kembali Teddy Sheringham, Gustavo Poyet dan Christian Ziege. Spurspun kembali bermain sepakbola yang menarik di awal kepemimpinan Hoddle. Musim 2001-2002 Spurs finis di urutan ke 9 liga dan masuk final Piala Liga, dimana mereka kalah melawan Blackburn. Robbie Keane kemudian ditarik Hoddle dari Leeds United seharga 7 juta pounds. Musim 2002-2003, Spurs start dengan baik dan sempat mencapai posisi 6 besar sampai Febuari 2002, dimana penampilan mereka merosot dan akhirnya finis di urutan ke 10 liga. Enam laga memasuki musim 2003-2004, Hoddle dipecat dan digantikan sementara oleh David Pleat sampai manager baru ditemukan.

Mei 2004, Tottenham mengangkat mantan pelatih timnas Perancis, Jacques Santini, sebagai manager baru, Martin Jol sebagai asistennya dan Frank Arnesen sebagai Direktur Olahraga. Santini mengundurkan diri setelah hanya 13 pertandingan tanpa alasan yang jelas. Dia kemudian digantikan oleh Martin Jol. Jol, pelatih asal Belanda yang bertubuh besar kemudian mengangkat Spurs ke peringkat 9 liga. Pada musim pertamanya yang penuh, 2005-2006, Jol berhasil membawa kemajuan pesat dengan membawa Tottenham menghuni peringkat 5 liga, hanya 1 peringkat dibawah zona Liga Champions. Frank Arnesen kemudian dibajak oleh Chelsea dan Spurs kemudian menunjuk Damien Comolli untuk menggantikannya sebagai Direktur Olahraga.

Musim 2006-2007, Tottenham membuat keputusan penting dengan mendatangkan striker Dimitar Berbatov dari klub Jerman, Bayer Leverkusen. Tetapi Spurs juga kehilangan Michael Carrick yang dibeli Manchester United dan kapten Ledley King yang cedera hingga separuh musim. Pemain lainnya selain Berbatov yang dibeli Spurs adalah Pascal Chimbonda, Benoit Assou-Ekotto, Didier Zokora dan Steed Malbranque. Perubahan materi pemain yang cukup besar membuat tim membutuhkan waktu untuk beradaptasi lagi. Di awal musim Spurs menambah daftar pemain cederanya selain Ledley King : Paul Stalteri, Benoit Assou-Ekotto, Young-Pyo Lee, Anthony Gardner, Jermaine Jenas, Steed Malbranque dan Teemu Tainio. Semuanya mengalami cedera panjang. Walaupun demikian, Jol tetap bisa membawa timnya mencapai peringkat 5 kembali di akhir musim. Dibawah Jol, Tottenham telah menampilkan sepakbola menarik dan efektif dan itu tim menunjukkan kemajuan berarti di tangan pelatih Belanda tersebut.

Musim 2007-2008, Spurs melakukan banyak transfer seperti Gareth Bale, Adel Taarabt, Younes Kaboul, Danny Rose, Kevin-Prince Boateng dan pemain belia Yuri Berchiche. Transfer- transfer ini konon tidak sepenuhnya disetujui oleh Martin Jol, namun tetap dilanjutkan oleh pihak direksi. Posisi Jol kemudian dikabarkan mulai goyah tatkala muncul kabar bahwa telah diadakan pertemuan antara direksi klub dengan bos Sevilla, Juande Ramos, untuk mengangkat Ramos menjadi manager baru klub. Tetapi Daniel Levy mengeluarkan pernyataan untuk tetap mendukung Jol. Spurs pun kemudian melanjutkan penurunan performa. Pada 25 Oktober 2007, saat pertandingan melawan Getafe di ajang Piala UEFA, semuanya telah menjadi transparan bahwa itu menjadi pertandingan terakhir Jol. Jol sebetulnya telah dipecat sebelum pertandingan itu dimulai dan fans Tottenham sepanjang pertandingan mengeluarkan yel-yel untuk tetap mendukung Jol. Setelah pertandingan, klub mengeluarkan pernyataan resmi bahwa Jol dan Chris Houghton, asistennya, telah meninggalkan klub dan klub mengklaim bahwa itu atas permintaan mereka sendiri.

Pada 27 Oktober 2007, Juande Ramos manager klub Spanyol Sevilla yang sukses merebut Piala UEFA berturut-turut, resmi menanda tangani kontrak untuk menjadi manager Tottenham Hotspur yang baru sampai musim 2010-2011. Ramos hengkang dari Sevilla walaupun ia baru saja meneken kontrak baru dengan klub Spanyol tersebut. Diumumkan pula bahwa Gus Poyet dan Marcos Alvarez menjadi staff pembantu utama Ramos. Di musim pertamanya, Ramos membuat kemenangan bersejarah 5-1 atas Arsenal di semifinal Piala Liga. Itu adalah kemenangan pertama Tottenham atas rival terberatnya selama 9 tahun. Di final Piala Liga, Tottenham keluar sebagai juara setelah mengalahkan Chelsea 2-1. Sedangkan di Liga Premier, Spurs duduk di posisi ke 11 liga.

Musim 2008-2009, Spurs harus kehilangan dua striker andalannya, Robbie Keane ke Liverpool dan Dimitar Berbatov ke Manchester United. Namun Ramos juga membeli banyak pemain masa depan, diawali dengan pembelian gelandang bertalenta tinggi Kroasia, Luca Modric, seharga 16,5 juta pounds, menyamai rekor pembelian Darren Bent oleh Spurs dibawah Martin Jol. Ramos juga membeli Giovani Dos Santos, pemain muda Barcelona dan John Bostock, pemain belia berbakat dari Crystal Palace. Sebelum jendela transfer pertama ditutup Spurs mendatangkan striker Roman Pavlyuchenko dari Spartak Moscow dan bek serba bisa,Vedran Ćorluka, dari Manchester City.

Daftar Pemain

No.

Posisi

Nama Pemain

No.

Posisi

Nama Pemain

1

GK

Gomez

22

MF

Tom Huddlestone

2

DF

Corluka

23

FW

Darren Bent

4

MF

Didier Zokora

24

MF

Jamie O'Hara

7

DF

Paul Stalteri

25

MF

Aaron Lennon

8

MF

Jermaine Jenas

26

DF

Ledley King (kapten)

9

FW

Pavlyuchenko

28

FW

Lee Barnard

10

FW

Dos Santos

30

DF

Anthony Gardner

12

GK

Radek Černý

32

DF

Benoît Assou-Ekotto

15

MF

Luca Modric

33

DF

Ricardo Rocha

16

DF

Gareth Bale

35

DF

Dorian Dervitte

17

MF

Kevin-Prince Boateng

37

MF

Danny Rose

19

MF

Adel Taarabt

38

DF

Troy Archibald-Henville

20

DF

Michael Dawson

44

DF

Chris Gunter

21

MF

Wayne Routledge

--

DF

Jonathan Woodgate


Dalam Masa Peminjaman

No.

Posisi

Nama Pemain

39

FW

Andy Barcham (dipinjamkan ke Leyton Orient hingga Juni 2008)

27

GK

Ben Alnwick (dipinjamkan ke Leicester City hingga Juni 2008) [1]

14

MF

Hossam Ghaly (dipinjamkan ke Derby County hingga Juni 2008)


Manajemen

Direktur Olahraga : Damien Comolli

Pelatih Kepala : Juande Ramos

Asisten Pelatih : Gus Poyet

Pelatih Tim Utama : Marcos Álvarez

Pelatih Pengembangan : Clive Allen

Pelatih Penjaga Gawang : Hans Segers

Direktur Pengembangan Penjaga Gawang : Perry Suckling (sementara)[2]

Pelatih Junior : Alex Inglethorpe

Pelatih Teknik : Ricardo Moniz

Newcastle United
21.57 | Author: HeN_NaV

Newcastle United F.C.






Nama Lengkap : Newcastle United Football Club

Julukan : The Magpies

Didirikan : 1881

Lapangan : St’ James Park Newcastle upon Tyne

Kapasitas : 52.387

Ketua : Chris Mort

Manajer : Kevin Keegan

Liga : English Premier League

2006-2007 : Peringkat ke-13 di English Premier League

Newcastle United Football Club adalah sebuah klub sepak bola Inggris yang didirikan pada tahun 1881. Bermarkas di Newcastle upon Tyne, Inggris. Pada musim 2006/07 bermain di Liga Premier Inggris. Klub ini memainkan pertandingan kandangnya di Stadion St James' Park yang berkapasitas 52.387 penonton. Seragam mereka berwarna hitam-putih.

Sejarah

Klub ini dibentuk pada Desember 1892, hasil dari peleburan 2 klub lokal-Newcastle East End dan Newcastle West End. Kedua klub itu tadinya ada rival berat di Northern League, setelah West End mengalami masalah finansial mereka sepakat untuk meleburkan diri. Deal persatuan 2 klub itu mengikutkan pula kandang West End, St. James' Park. Beberapa nama kandidat untuk klub baru tersebut mencuat seperti Newcastle Rangers dan Newcastle City, namun mereka akhirnya sepakat untuk menggunaka nama Newcastle United. Newcastle United memenangkan gelar juara liga pertamanya pada 1905, untuk kemudian menyusul tahun 1907 dan 1909. Mereka juga sukses masuk final Piala FA tahun 1905, 1906, 1908, 1910 dan 1911. Tetapi dari 5 kali final tersebut mereka hanya memenangkan satu kali, yaitu pada tahun 1910. Newcastle mempunyai kenangan terburuknya pada musim 1908-1909 ketika mereka dipermalukan 1-9 oleh musuh abadinya, Sunderland. Skor itu tetap menjadi rekor kemenangan terbesar Sunderland sampai sekarang.

The Toon Army seterusnya menjuarai Piala FA untuk kedua kalinya pada tahun 1924 dengan mengalahkan Aston Villa. Gelar juara liga keempatnya diraih pada tahun 1927, itu adalah juga gelar juara liga terakhir yang dapat mereka raih. Pemain bintang legendaris pada saat itu adalah sang kapten Hughie Gallacher, Neil Harris, Stan Seymour dan Frank Hudspeth.

Selama dekade 50’an United sukses menjuarai Piala FA 3 kali, yaitu pada tahun 1951 dengan mengalahkan Blackpool 2-0, setahun kemudian (1952) mengalahkan Arsenal 1-0 dan pada tahun 1955 dengan mengalahkan Manchester City 3-1. Pemain bintang saat itu adalah Jackie Milburn dan Bobby Mitchell.

Setelah itu Newcasle tenggelam karena performanya yang sering labil sehingga sempat terdegradasi ke divisi 2. Pada tahun 1965 mereka dapat menjuarai divisi 2 dengan manager yang juga bekas pemain legendarisnya, Joe Harvey dan Stan Seymour.

Joe Harvey kemudian membawa klubnya lolos kualifikasi Eropa untuk pertama kalinya pada tahun 1968. Mereka mengejutkan Eropa dengan menjuarai Piala Fairs (sekarang menjadi Piala UEFA) dengan mengalahkan tim-tim seperti Sporting Lisbon, Feyenoord, Real Zaragoza dan Glasgow Rangers di penyisihan. Di final, mereka mengalahkan wakil Hungaria, Ujpest FC. Saat itu Newcastle mempunyai tradisi pada nomor punggung 9 yang selalu diberikan pada striker suburnya, untuk waktu itu adalah Wyn Davies yang memakai nomor punggung keramat tersebut. Setelah sukses di eropa tersebut Harvey kemudian mendatangkan pemain bertalenta hebat lainnya bagi Newcastle, seperti Jimmy Smith, Tony Green, Terry Hibbit dan terutama striker Malcolm Macdonald yang nantinya menjadi pemain favorit klub dan melegenda sampai sekarang. Newcastle berhasil masuk final Piala FA tahun 1974 dan Piala Liga tahun 1976, namun mereka gagal untuk membawa pulang piala di kedua upaya tersebut.

Dekade 80’an

Awal 1980, Newcastle tenggelam dan jatuh ke divisi 2. Gordon Lee kemudian menggantikan Harvey, namun Lee tidak mampu membawa klubnya keluar dari divisi 2. Baru setelah Arthur Cox menjadi manager, United bisa promosi kembali ke divisi satu dengan diperkuat mantan kapten tim nasional Inggris, Kevin Keegan (inset kiri). United mulai kembali bermain di kompetisi divisi satu dan bertahan 7 tahun. Pergantian manager pun bergulir dari Jack Charlton, Willie McFaul dan Jim Smith. Dan pada tahun 1989, mereka terdegradasi lagi ke divisi 2.

Kembalinya Kevin Keegan I

Setelah ditangani oleh legenda Spurs yang juga mantan pemain nasional Argentina, Osvaldo Ardilles, Kevin Keegan, mantan legenda Newcastle, datang untuk menggantikannya pada tahun 1992. Kontrak Keegan saat itu adalah hanya kontrak jangka pendek tetapi menangani Newcastle baginya merupakan satu-satunya hal yang bisa membuatnya kembali ke dunia sepak bola. Tetapi Newcastle saat itu sedang dalam situasi gawat karena sudah hampir terdegradasi ke divisi 3, yang jika terjadi maka itu menjadi sejarah terburuknya Newcastle dimana mereka tidak pernah jatuh sampai ke divisi 3. Beruntung Newcastle bisa selamat berkat kemenangan di dua pertandingan terakhir melawan Portsmouth di kandang dan Leicester di tandang. Di tahun tersebut pula Newcastle berganti kepemilikan ke Sir John Hall.

Musim 1992-1993, Newcastle kali ini benar-benar mengamuk dan memenangkan 11 pertandingan awal berturut-turut. Mereka bermain dengan strategi menyerang yang menarik dan akhirnya mereka keluar sebagai juara divisi 2 dan promosi ke Premier League. Musim 1994-1995, tetap dibawah Keegan yang mempunyai filosofi sepakbola menyerang, Newcastle tampil cemerlang di Premiership. Media televisi Sky sampai menjuluki mereka sebagai Sang Penghibur. Pada akhir musim mereka menjual strikernya, Andy Cole, ke Manchester United. Mereka mengakhiri musim dengan posisi ke 6, menakjubkan untuk klub yang baru promosi.

Musim 1995-1996, dengan uang hasil penjualan Cole, Keegan kemudian memperkuat Newcastle melalui pembelian pemain hebat seperti David Ginola dan Les Ferdinand. Mereka pun nyaris menjuarai Premier League jika saja tidak digagalkan oleh pasukan Ferguson, Manchester United. Padahal Newcastle sudah sempat memimpin dengan perbedaan 12 poin. Salah satu pertandingan yang sangat menarik adalah pada pertandingan melawan Liverpool yang berkesudahan 3-4. Pertandingan itu diyakini orang sebagai salah satu pertandingan paling menarik sepanjang sejarah liga Inggris. Newcastle akhirnya hanya duduk di posisi ke 2 dibawah Manchester United.

Awal musim 1996-1997, Newcastle membuat gempar Inggris dengan pembelian striker timnas, Alan Shearer, seharga 15 juta pounds dari Blackburn Rovers. Sebuah rekor pemain termahal saat itu. Januari 1997, atau pada pertengahan musim 1996-1997, Keegan membuat kaget fans Newcastle kala ia mengumumkan pengunduran dirinya. Keegan mundur meninggalkan misteri.


1997 – Januari 2008

14 Januari 1997, Kenny Dalglish didatangkan ke Newcastle. 20 tahun yang lalu, Dalglish pula yang menggantikan Keegan di Liverpool saat keduanya masih menjadi pemain. Dalglish membawa Newcastle menjadi runner up liga kembali.

Musim 2007-2008, Newcastle tampil tidak begitu meyakinkan dan hanya duduk di posisi ke 13. Banyak yang melihat bahwa itu dikarenakan kurang adanya kecocokan antara bekas pemain pilihan Keegan dengan Dalglish. Kenny Dalglish kemudian dipecat chairman Freddie Shepperd.

Ruud Gullit kemudian ditunjuk untuk menggantikan Dalglish. Gullit tidak membawa kemajuan bagi Newcastle dan bahkan berselisih paham dengan pemainnya, Robert Lee dan striker kesayangan fans, Alan Shearer. Sebelum akhir musim 1999-2000. ia mundur dan digantikan oleh mantan manager timnas Inggris, Sir Bobby Robson.

Robson menangani Newcastle dengan gaji yang termasuk kecil, walaupun kecewa tapi ia tetap menerimanya. Sir Bobby Robson memulai tugasnya dengan baik sekali, pada pertandingan pertamanya ia bisa membawa Newcastle (klub sedang berada di papan bawah klasemen) menang 8-0 atas Sheffield Wednesday. Sebuah rekor kemenangan kandang Newcastle sampai saat ini. Newcastle kemudian bisa mencapai posisi ke 11 di akhir musim. Pada akhir tahun 2000, pihak FA sempat meminta pada pihak Newcastle untuk memperbolehkan Robson menangani timnas Inggris kembali sebagai caretaker, namun Shepperd menolaknya. Musim 2001-2002, Robson menuntun Newcastle dari bawah sampai mencapai posisi 4 klasemen. Musim 2002-2003, Newcastle naik lagi menjadi posisi 3 di akhir musim dan berhak ikut dalam Champions League. Musim 2003-2004, Newcastle yang masih dibawah Robson mencapai posisi 5 klasemen. Peluang untuk tampil di babak grup Liga Champions melayang setelah mereka kalah di kualifikasi grup. Di awal musim 2004-2005, Robson dipecat Shepperd, chairman Newcastle, dengan alasan klub berada di posisi bawah klasemen dan adanya ketidak harmonisan di ruang ganti pemain. Walaupun dipecat, fans Newcastle tetap menghargainya sampai sekarang.

Graeme Souness, mantan pemain dan manager Liverpool, menggantikan posisi Robson. Tapi ia tidaklah populer di mata fans dan terbukti kurang mampu membawa kemajuan bagi Newcastle. Souness sempat membawa Michael Owen ke Newcastle dengan rekor transfer 16 juta pounds dari Real Madrid. Pada tangggal 2 Febuari 2006, Souness dipecat dan digantikan oleh Glenn Roeder.

Glenn Roeder mulai menangani Newcastle saat liga musim 2005-2006 telah berjalan separuh lebih. Toon Army menutup musim dengan posisi 7 klasemen dan Alan Shearer pensiun dengan rekor gol 206 melewati rekor sebelumnya yang ditorehkan Jackie Milburn. Roeder kemudian mundur pada akhir musim 2006-2007 setelah Newcastle kembali tampil mengecewakan dan duduk di posisi 13 klasemen.

Sam Allardyce, mantan manager Bolton yang sukses membawa Bolton dari klub papan bawah menjadi klub kuda hitam Premier League, ditunjuk untuk menggantikan Roeder pada 15 Mei 2007. Ini adalah kali terakhir pula Freddy Shepperd menjadi chairman sebelum ia menjual sahamnya kepada Mike Ashley. Posisi chairman ditugaskan pada Chris Mort. Walaupun membawa angin segar perubahan pada klub pada awalnya, Allardyce mundur pada 9 Januari 2008, atau hanya kurang dari 8 bulan setelah ia mulai menangani Newcastle.

Kembalinya Kevin Keegan II & Konflik Klub

Kevin Keegan, pilihan populer fans Newcastle, menerima tugas untuk menangani Newcastle kembali pada 16 Januari 2008. Ini adalah 11 tahun sejak Keegan menjadi manager Newcastle terakhir. Setelah penunjukan Keegan, klub dibawah pemilik baru itu juga menunjuk Dennis Wise (mantan pemain Chelsea dan manager Leeds) untuk duduk di posisi Direktur Sepakbola, Tony Jimenez sebagai Wakil Presiden Klub (berwenang dalam transfer pemain) dan Jeff Vetere sebagai Technical Co-ordinator. Sistem managemen model tersebut memang banyak diterapkan banyak klub di luar Inggris. Jadi misalnya dalam urusan transfer pemain, Wise dan Vetere harus menyetujui profil calon pemain sebelum Jimenez melakukan deal transfer pemain.

Namun pada prakteknya, Keegan merasa bahwa wewenangnya sebagai manager klub terganggu dengan adanya posisi direktur sepakbola (Wise) dan Teknikal Koordinator (Vetere). Pilihan pemain seakan sudah bukan di tangannya dan ini tentunya mempengaruhi rencana dan pekerjaannya sebagai manager klub. Tidak lama setelah akhir jendela transfer I ditutup, tepatnya 4 September 2008, Keegan memutuskan untuk mundur dari Newcastle. Hanya 232 hari semenjak ia mulai menangani klub. Pada pertandingan kandang melawan Hull, 13 September 2008, fans Newcastle berdemo dan berunjuk rasa pada klub, khususnya pada Mike Ashley dan Dennis Wise.

Beberapa hari setelah itu, Ashley mengumumkan bahwa ia akan menjual klub. Ia berkilah bahwa ia tidak membeli Newcastle demi keuntungan. Dan parahnya, ia pun mengatakan bahwa ia tidak dapat membiayai klub lagi. Newcastle tampaknya akan berpindah tangan kembali dan Ashley akan mendapatkan keuntungan luar biasa dari penjualan Newcastle.

Pemain Legendaris

  • Jackie Milburn
  • Joe Harvey
  • Malcolm MacDonald
  • Bobby Moncur
  • Wyn Davies
  • Hughie Gallacher
  • Bryan 'Pop' Robson
  • Stan Seymour
  • Kevin Keegan
  • Peter Beardsley
  • Paul Gascoigne
  • Chris Waddle
  • Alan Shearer

Prestasi

  • 4 Liga Premier Inggris: 1905, 1906, 1907, 1929
  • 6 Piala FA: 1910, 1924, 1932, 1951, 1952, 1955
  • 1 FA Community Shield: 1909
  • 1 Piala UEFA (dulu masih bernama Piala Fairs): 1969
  • 1 Liga Divisi Dua Inggris: 1965
  • 1 Liga Divisi Satu Inggris: 1993
  • 1 Piala Texaco: 1974, 1975
  • 1 Piala Anglo-Italia: 1973
  • 1 Piala Intertoto: 2006