English Premier League
18.50 | Author: HeN_NaV

Liga Utama Inggris







Liga Utama Inggris (bahasa Inggris: Premier League, dahulu F.A. Premier League) umum disebut dengan Barclays Premiership di Britania Raya dan Barclays English Premier League secara internasional adalah liga kompetisi antara klub sepak bola Inggris yang berada di deretan atas liga sepak bola Inggris, sehingga menjadi kompetisi sepak bola utama di Inggris.

Sekilas

Liga Utama Inggris terdiri atas 20 klub sepak bola teratas di liga sepak bola Inggris. Didirikan tahun 1992 ketika klub-klub sepak bola teratas memisahkan diri dari liga sepak bola setelah membuat kesepakatan-kesepakatan menguntungkan dengan stasiun televisi. Liga Utama Inggris dikenali sebagai salah satu kompetisi liga terbaik di dunia karena terdiri dari pemain-pemain sepak bola terbaik di dunia, walaupun sebagian besar di antaranya bukan berasal dari Inggris.

Liga Utama Inggris menjadi kompetisi liga yang berpendapatan terbesar di dunia dengan pendapatan total klub di atas £1,3 milyar pada musim 2003–2004, lebih dari 50 persen di atas kompetitornya Seri A Liga Italia.

Kompetisi

Sebanyak 20 klub berkompetisi di Liga Utama Inggris. Setiap musim kompetisi, setiap klub melawan klub lain masing-masing sebanyak dua kali. Sekali di stadion mereka (home stadium) dan sekali lagi di tempat lawannya. Sebanyak 38 pertandingan untuk setiap klub menjadikan total 380 pertandingan di Liga Utama Inggris. Setiap akhir musim, tiga klub pada urutan terbawah terdegradasi dan empat klub teratas masuk kompetisi Liga Champions untuk memperebutkan Piala Champions. Dua klub teratas masuk secara otomatis, sedangkan urutan ke-3 dan 4 masuk melalui babak play-off. Klub pada urutan ke-5 liga utama akan masuk kompetisi untuk memperebutkan Piala UEFA. Klub pada urutan ke-6 dan 7 bisa juga masuk kompetisi Piala UEFA tergantung pada situasi dua kompetisi domestik lainnya. Sedang klub urutan 18-20 akan terdegradasi ke Divisi Championship dan akan digantikan oleh klub peringkat 1-2 dari Divisi Championship yang otomatis promosi serta klub peringkat 3-6 dari Divisi Championship yang memperebutkan satu tiket tersisa.

Sponsor

Sejak 1993, Liga Utama Inggris mempunyai sponsor. Sponsor berhak menambahkan namanya di nama liga. Berikut adalah daftar sponsor di liga Inggris.

  • 1993–2001: Carling (FA Carling Premiership)
  • 2001–sekarang: Barclays (Barclays Premiership; dari 2001-2004, dikenal dengan nama Barclaycard Premiership)

Daftar juara

  • 1992/1993 - Manchester United
  • 1993/1994 - Manchester United
  • 1994/1995 - Blackburn Rovers
  • 1995/1996 - Manchester United
  • 1996/1997 - Manchester United
  • 1997/1998 - Arsenal
  • 1998/1999 - Manchester United
  • 1999/2000 - Manchester United
  • 2000/2001 - Manchester United
  • 2001/2002 - Arsenal
  • 2002/2003 - Manchester United
  • 2003/2004 - Arsenal
  • 2004/2005 - Chelsea
  • 2005/2006 - Chelsea
  • 2006/2007 - Manchester United
  • 2007/2008 - Manchester United
  • 2008/2009 -

Klub Divisi Utama

Anggota Divisi Utama Untuk musim kompetisi 2008-09

Peserta Divisi Utama untuk musim kompetisi 2008-2009

Klub

Posisi
pada musim 2007-2008

musim pertama di
divisi teratas

jumlah musim di
divisi teratas

musim pertama di
divisi teratas

jumlah gelar juara

terakhir juara

Arsenala,b,c

3rd

1904–05

92

1919–20

13

2003–04

Aston Villaa,b,c

6th

1888–89

98

1988–89

7

1980–81

Blackburn Roversa

7th

1888–89

69

2001–02

3

1994–95

Bolton Wanderers

16th

1888–89

70

2001–02

0

n/a

Chelseaa,b,c

2nd

1907–08

74

1989–90

3

2005–06

Evertona,b,c

5th

1888–89

106

1954–55

9

1986–87

Fulhamc

17th

1949–50

20

2001–02

0

n/a

Hull Cityc

3rd; Championship

2008–09

1

2008–09

0

n/a

Liverpoola,b,c

4th

1894–95

94

1962–63

18

1989–90

Manchester Citya

9th

1899–1900

80

2002–03

2

1967–68

Manchester Uniteda,b,c

1st

1892–93

84

1975–76

17

2007–08

Middlesbrougha

13th

1902–03

60

1998–99

0

n/a

Newcastle Unitedc

12th

1898–99

79

1993–94

4

1926–27

Portsmouthc

8th

1927–28

32

2003–04

2

1949–50

Stoke Cityc

2nd; Championship

1888–89

53

2008–09

0

n/a

Sunderland

15th

1890–91

78

2007–08

6

1935–36

Tottenham Hotspura,b,c

11th

1909–10

74

1978–79

2

1960–61

West Bromwich Albion

1st; Championship

1888–89

72

2008–09

1

1919–20

West Ham United

10th

1923–24

52

2005–06

0

n/a

Wigan Athleticc

14th

2005–06

4

2005–06

0

n/a


a = Pendiri Divisi Utama
b = Bermain di setiap musim divisi utama
c = tidak pernah degradasi

Wigan Athletic
19.15 | Author: HeN_NaV
Wigan Athletic F.C.









Nama lengkap : Wigan Athletic Football Club

Julukan : The Latics, Chochion/Coccium

Didirikan : 1932

Lapangan : JJB Stadium Robin Park Road Wigan

Kapasitas : 25.138

Ketua : David Whelan

Manajer : Steve Bruce

Liga : English Premier League

2006-07 : Peringkat ke-17 di English Premier League

Wigan Athletic Football Club adalah sebuah klub sepak bola Inggris yang bermarkas di Wigan, Greater Manchester. Wigan pada musim 2006/07 bermain di Liga Premier Inggris. Klub ini memainkan pertandingan kandangnya di Stadion JJB yang berkapasitas 25.138 penonton. Seragam mereka berwarna biru-putih.

Wigan bermain di The Championship pada tahun 2003-2005. Sebelumnya mereka belum pernah bermain di Divisi Utama Inggris.

Sejarah

Periode Awal (1932-1995)

Wigan Athletic Football Club didirikan pada tahun 1932 menyusul dibubarkannya Wigan Borough tahun sebelumnya. Wigan Athletic sendiri sudah merupakan upaya pendirian klub kelima setelah - Wigan County, Wigan United, Wigan Town, Wigan Rovers dan Wigan Borough yang kesemuanya bubar.

Wigan membuat sejarah ketika mereka mengalahkan Carlisle United 6-1 di babak pertama Piala FA musim 1934-1935. Itu adalah rekor kemenangan terbesar suatu klub non liga atas klub anggota liga. Rekor itu bertahan hingga kini.

Pada tahun 1978 Wigan baru menjadi anggota Football League setelah terpilih masuk mengikuti divisi 4 menggantikan Southport yang terdegradasi. Setelah itu mereka banyak menghabiskan waktunya di kompetisi divisi 3 selama 10 tahun.

Sang Penyelamat, Dave Whelan

Pada tahun 1995, seorang jutawan lokal bernama David Whelan datang untuk mengambil alih kepemilikan klub. Saat itu Wigan masih bermain di divisi 3 (divisi 4 jika ditambah liga premier). Ambisi Whelan tidak main-main, ia ingin membawa Wigan untuk masuk ke Premiership, suatu pernyataan yang banyak ditertawakan orang pada waktu itu.

Langkah pertama Whelan terwujud pada tahun 1997 kala mereka menjuarai divisi 3 dan promosi ke divisi 2 dibawah manager John Deehan. Langkah mereka di divisi 2 terbukti jauh lebih berat walaupun begitu dengan gagah mereka sempat masuk playoff beberapa kali. Pergantian manager pun bergulir dari Deehan ke Ray Mathias, John Benson, Bruce Rioch, Colin Greenall dan Steve Bruce (kembali menjadi manager mereka nantinya). Kesemuanya belum mampu mengangkat Wigan keluar dari divisi 2. Steve Bruce sendiri meninggalkan Wigan untuk menjadi manager Crystal Palace pada saat dimana Wigan hampir dekat dengan promosi, ini yang membuat fans Wigan marah dan kecewa padanya saat itu.

Paul Jewell, mantan pemain Wigan, datang mengambil alih kursi manager dari Steve Bruce pada tahun 2001. Setahun berikutnya, tepatnya pada musim 2002-2003, Wigan menjuarai divisi 2 dan promosi ke divisi 1 (championship). Musim berikutnya, debut Wigan di divisi satu 2003-2004 mengejutkan orang dan mereka meraih posisi 7 klasemen, hanya 1 rangking lagi untuk masuk zona playoff. Musim 2004-2005, Wigan semakin mantap kali ini dan mereka akhirnya mencapai posisi runner up divisi satu dan berhak atas promosi ke Premier League untuk pertama kalinya dalam sejarah. Mimpi Whelan pun tercapai, 10 tahun sejak dia menyatakan ambisinya.

Debut di Premiership 2005-2006 juga cukup sensasional. Mereka sempat berada di posisi runner up liga sampai bulan November 2005. Performa bagus mereka juga diikuti di ajang Piala Liga, dimana mereka menembus sampai final dimana akhirnya mereka dikalahkan Manchester United 0-4. Di liga, mereka akhirnya menduduki peringkat 10 klasemen, suatu pencapaian yang baik sekali untuk tim yang baru promosi.

Musim 2006-2007 diawali dengan penjualan pemain bintang Wigan, seperti Jimmy Bullard (ke Fulham), Graham Kavanagh (ke Sunderland), Jason Roberts (ke Blackburn) dan Pascal Chimbonda (ke Tottenham). Sebagai gantinya mereka menarik Emile Heskey, Denny Landzaat, Chris Kirkland, Antonio Valencia, Kevin Kilbane, David Cotterill, Fitz Hall dan Emmerson Boyce. Pergantian materi tim yang cukup besar membawa pengaruh dengan performa Wigan yang tidak stabil. Beruntung akhirnya mereka bisa selamat pada pertandingan terakhir liga dengan menang melawan calon degradasi lainnya, Sheffiel United, dengan skor 2-1 walaupun harus bertanding dengan 10 pemain. Dengan kemenangan itu membuat Wigan duduk di peringkat 17 liga, satu peringkat diatas zona degradasi. Pada Mei 2007, Paul Jewell mengundurkan diri dan digantikan oleh asistennya Chris Hutchings.

Musim 2007-2008, Hutchings membawa masuk pemain-pemain berpengalaman seperti Titus Bramble, Antoine Sibierski, Mario Melchiot, Carlo Nash, Jason Koumas, Michael Brown, Andreas Granqvist dan memperpanjang kontrak peminjaman Antonio Valencia. Hutchings melepas pemain seperti Arjen De Zeeuw, Henri Camara (dipinjam) dan duo favorit fans Wigan, Lee McCulloch serta Leighton Baines. Pada awal liga mereka sebetulnya sempat bermain dengan cemerlang namun kemudian performa klub mulai menurun drastis saat memasuki bulan September 2007. Dengan posisi Wigan yang terletak di zona degradasi, Hutchings akhirnya dipecat dan digantikan sementara oleh asistennya Frank Barlow. Namun performa Wigan tidaklah terangkat, mereka kalah telak 0-4 saat tandang melawan Tottenham.

Pada 19 November 2007, klub mengumumkan bahwa Steve Bruce, manager Birmingham saat itu, telah kembali menjadi manager Wigan yang baru. Bruce dikabarkan mendapatkan gaji 2 juta pounds/tahun dan mempunyai misi untuk menyelamatkan Wigan dari degradasi. Wigan juga dikabarkan harus membayar 3 juta pounds kepada Birmingham sebagai kompensasi. Di awal tugasnya Steve Bruce, Wigan seri 1-1 dengan Manchester City di kandang untuk kemudian kalah mengkhawatirkan 1-4 dari rival mereka, Bolton. Performa Wigan baru sedikit terangkat setelah itu dengan kemenangan 5-3 atas Blackburn. Dengan penampilan yang mulai stabil, akhirnya Bruce berhasil membawa Wigan duduk di posisi 14 dan selamat dari degradasi.

Musim 2008-2009 diawali Bruce dengan pembelian beberapa pemain kunci bekas klubnya, Birmingham City, yaitu : Olivier Kapo dan Daniël de Ridder. Bruce juga menarik Lee Cattermole dari Middlesbrough dan meminjam pemain bertalenta Mesir, Amr Zaki.

West Ham United
19.06 | Author: HeN_NaV
West Ham United F.C.








Nama lengkap : West Ham United Football Club

Julukan : The Hammers

Didirikan : 1895

Lapangan : Boleyn Ground London, Britania Raya

Kapasitas : 35.647

Ketua : Eggert Magnússon

Manajer : Gianfranco Zola

Liga : English Premier League

2006-07 : Peringkat ke-9 di English Premier League


Sejarah

Periode Awal (1895-1961)

Sejarah West Ham dimulai tatkala kelompok pekerja galangan kapal ‘Thames Ironworks’ dibawah Dave Taylor dan pemilik Arnold Hills membentuk tim sepakbola pada tahun 1895 dengan nama Thames Ironworks Football Club.

Tim ini kemudian menjadi klub profesional pada tahun 1898, dimana mereka mulai bermain di liga Southern League divisi 2. Mereka langsung promosi ke divisi satu pada debutnya. Pada awalnya warna seragam tim adalah biru tua, tetapi mereka menambahkan warna kombinasi biru muda dan celana putih pada 1897. Baru pada tahun 1899 mereka merubah lagi warna seragam tim menjadi merah maron dan biru langit, warna yang terus dipakainya sampai sekarang.

Karena kesulitan finansial yang dialaminya, pada tahun 1900, Thames Ironworks FC kemudian hampir secara penuh dibubarkan dan kemudian dibentuk kembali tim baru bernama West Ham United Football Club. Karena berakar dari tim Thames Ironworks, mereka tetap memakai lambang yang sama, dan dikenal sampai sekarang sebagai ‘The Iron’ (Besi baja) atau ‘The Hammers’ (Palu) sampai sekarang.

Prestasi klub West Ham United sendiri pada masa lalu banyak dihabiskan di divisi 2 dan hanya beberapa kali masuk ke divisi satu. Mereka bahkan sempat berada di divisi 2 selama 30 tahun sebelum Ted Fenton membawa The Hammers promosi pada tahun 1958 dan membangun tim dengan pemain-pemain muda bertalenta tinggi.

Periode 1961-1994

Ron Greenwood ditunjuk sebagai manager menggantikan Ted Fenton pada tahun 1961, ia kemudian membawa klub untuk menjadi juara Piala FA untuk pertama kali pada tahun 1964. Setahun berikutnya, 1965, West Ham pun sukses merebut Piala Winners pertama kali. Pemain-pemain West Ham pada saat itu menjadi kekuatan timnas Inggris merebut Piala Dunia 1966, seperti Bobby Moore (kapten timnas), Martin Peters (pencetak gol di final Piala Dunia) dan Geoff Hurst (pencetak hattrick final Piala Dunia 1966; satu-satunya pemain yang mencetak hattrick di final Piala Dunia).

Pada musim 1974-1975, Greenwood naik posisi menjadi General Manager klub dan tanpa pemberitahuan kepada pihak direksi ia mengangkat asistennya, John Lyall, untuk mengisi kursinya sebagai manager. Hasilnya adalah sukses instan, mereka secara spektakuler mencetak tidak kurang dari 20 gol dalam 4 pertandingan pertama Lyall dan berhasil pula menjuarai Piala FA. Lyall kemudian membawa The Hammers kembali masuk final Piala Winners Eropa, namun mereka kalah 2-4 dari klub Belgia, Anderlecht. Greenwood sendiri hanya 3 tahun menjabat sebagai General Manager West Ham karena ia kemudian terpilih untuk menjadi manager timnas Inggris menggantikan Don Revie.

West Ham kemudian terdegradasi pada tahun 1978, namun direksi klub tetap mempercayakan klub padanya. Lyall kemudian membawa The Hammers memenangkan Piala FA tahun 1980. Tidak ada lagi klub di luar divisi utama yang mampu menjadi juara Piala FA setelah itu. West Ham kemudian promosi ke divisi satu pada tahun 1981 dan membawa klubnya bertahan selama 8 tahun. Lyall sempat membawa West Ham ke pencapaian terbaiknya, ranking 3 liga. Setelah The Hammers terdegradasi pada tahun 1989, Lyall kemudian dipecat.

Periode 1994-2006

Harry Redknapp kemudian datang pada tahun 1994 untuk menggantikan Billy Bonds. Redknapp termasuk manager yang aktif di bursa transfer pemain, ia juga dikenal taktis di bursa memanfaatkan peraturan Bosman (khusunya pada pemain asing). Dibawah asuhan Redknapp, muncul pemain-pemain muda berbakat West Ham seperti Rio Ferdinand, Frank Lampard, Joe Cole, Jermain Defoe, Michael Carrick dll. Pencapaian terbaiknya adalah kala West Ham menerobos dan duduk di posisi 5 liga musim 1998-1999. Karena adanya ketidak cocokan dengan pihak direksi, Redknapp mundur pada musim 2000-2001.

Glenn Roeder, pelatih pemain muda West Ham, diangkat untuk menggantikan Redknapp. Pada musim pertamanya, Roeder cukup membawa kemajuan dengan membawa Hammers finis di urutan ke 7 (peningkatan dari musim sebelumnya di peringkat 15), tetapi ada kekhawatiran menyangkut beberapa kekalahan mencolok seperti 1-7 dari Blackburn, 0-5 dari Everton dan 1-5 dari Chelsea. Musim berikutnya, West Ham benar-benar merosot dan terdegradasi. Waktu itu, bersamaan dengan saat-saat genting degradasi, Roeder harus masuk rumah sakit karena tumor otak, dan Trevor Brooking ditugaskan sementara menggantikannya. Roeder akhirnya baru diberhentikan Hammers pada 24 Agustus 2003, setelah 3 pertandingan di divisi championship (divisi 2).

Trevor Brooking, caretaker selama Roeder sakit, ditunjuk menjadi manager penuh West Ham. Namun pada Oktober 2003, ia kemudian digantikan Alan Pardew. West Ham gagal promosi di upaya pertamanya dan baru berhasil kembali ke Premiership musim berikutnya. Di musim pertamanya lagi di Premier League (musim 2005-2006), West Ham finis di urutan 9 dan mencapai final Piala FA melawan Liverpool. Mereka kalah melalui adu penalti setelah skor 3-3, namun mereka tetap lolos ke Piala UEFA karena Liverpool telah pasti mewakili Inggris di Liga Champions.

Periode 2006-sekarang

Musim 2006-2007, West Ham membuat kejutan besar dengan pembelian duo Argentina yang diburu klub besar Eropa, Carlos Tevez dan Javier Mascherano, pada saat terakhir sebelum jendela transfer I ditutup. Klub kemudian berganti kepemilikan pada November 2006 ketika sebuah konsorsium asal Islandia yang dipimpin Eggert Magnusson membeli klub. Alan Pardew dipecat pada akhir musim setelah pencapaian West Ham yang buruk.

Alan Curbishley, mantan manager Charlton, ditunjuk untuk menangani The Hammers. Tidak beberapa lama, hasil dari investigasi liga yang dilakukan untuk meneliti kasus transfer Tevez dan Mascherano menunjukkan bahwa West Ham telah bersalah melakukan jenis transfer ilegal dan klub dikenai denda 5,5 juta pounds. Hukuman pengurangan angka memang berhasil dihindari klub, namun masalah transfer ilegal ini belum selesai sebetulnya. West Ham berhasil selamat dari degradasi berkat kemenangan 1-0 atas Arsenal, ironisnya lewat gol Carloz Tevez. Kontribusi Tevez yang vital banyak menuai kritik klub lain. Selama musim itu, ia mencetak 7 gol, 5 diantaranya adalah gol penting yang akhirnya bisa membuat West Ham selamat dari degradasi. Hal inilah yang membuat Sheffield United (klub yang secara teoritis paling dirugikan) mengadu ke pengadilan dan menuntut ganti rugi pada West Ham.

Musim 2007-2008, Curbishley membuat West Ham tampil lebih konsisten walaupun pemain yang baru dibeli, Craig Bellamy dan Kieron Dyer, cedera sepanjang musim. The Hammers akhirnya finis di urutan ke 10, peningkatan 5 tingkat dibanding musim lalu dan menunjukkan mulai menyatunya pemain-pemain baru dalam tim.Masuk musim 2008-2009, Curbishley menyatakan mundur setelah penjualan 2 pemain West Ham, Anton Ferdinand dan George McCartney ke Sunderland, terjadi di luar persetujuannya.








Gianfranco Zola, pemain Italia bekas pemain kesayangan fans Chelsea, ditunjuk untuk menggantikan Curbishley. Zola menjadi manager asing pertama yang pernah menangani West Ham sepanjang sejarah.

Sunderland
18.41 | Author: HeN_NaV
Sunderland F.C.








Nama Lengkap : Sunderland Association Football Club

Julukan : The Black Cats, The Mackems

Didirikan : 1879

Lapangan : Stadium Of Light, Sunderland

Kapasitas : 49.000

Ketua : Nial Quinn

Manager : Roy Keane

Liga : English Premier League


Sejarah

Periode Awal : Rivalitas Sunderland Albidon (1878-1892)

Sejarah Sunderland dimulai kala James Allen, seorang guru sekolah di Sunderland, membentuk tim sepakbola khusus guru di daerah Sunderlaand yang bernama Sunderland & District Teachers Association Football Club pada Oktober 1879. Klub tersebut kemudian merubah namanya menjadi Sunderland Association Football Club, mengindikasikan bahwa klub tersebut kini memperluas keanggotaannya untuk umum. Tujuannya adalah supaya klub bisa memiliki cukup dana dan memperbesar sumber stok pemain yang baik.

Selang beberapa tahun kemudian, James Allen, sang pendiri Sunderland sendiri, merasa bahwa arah klub sudah terlalu komersil dan ia tidak setuju dengan cara klub dijalankan. Puncaknya , pada tahun 1888, Allen bersama sejumlah pengurus lain yang merasa tidak cocok keluar dari Sunderland AFC dan mereka membentuk klub tandingan bernama Sunderland Albion Football Club. Rivalitas kedua klub ini pun menjadi semakin tajam dan bahkan menjurus kepada persaingan yang tidak sehat lagi. Pada saat kedua klub kebetulan bertemu di ajang Piala FA musim 1888-1889, Sunderland AFC memilih untuk mengundurkan diri daripada membuat Albion mendapatkan uang dari hasil penjualan tiket. Albion adalah merupakan salah satu pendiri dan anggota liga Football Alliance, sebuah liga tandingan dari Football League. Sedangkan Sunderland AFC, sang rival, masuk menjadi anggota Football League mulai musim 1890-1891. Saat Sunderland AFC mulai berkompetisi di Football League, Albion kemudian mulai kekurangan pendukung dan penonton. Dan ketika Sunderland AFC keluar sebagai juara Football League pada musim 1891-1892, Albion pun bubar.

Kejayaan Sunderland (1892-1936)

Sunderland benar-benar merajai sepakbola Inggris di tahun-tahun awal kelahiran liga, yaitu pada musim 1891-1892, 1892-1893, 1894-1895. William McGregor, pendiri Football League, sampai menjuluki mereka sebagai ‘Tim Bertalenta Penuh’. Sunderland kembali menjuarai liga pada tahun 1913, tahun yang sama mereka gagal di final Piala FA setelah dikalahkan Aston Villa di final. Gelar juara liga keenam disabetnya pada tahun 1936. Setahun kemudian, mereka menjuarai Piala FA untuk pertama kalinya setelah mengalahkan Preston North End 3-1 di final.

Sejarah Transfer Pertama Pemain (1949-1950)

Sunderland adalah klub pertama dalam sejarah yang melakukan transfer tatkala mereka membayar £18,000 untuk player-manager Carlisle United, Ivor Broadis. Kemudian menyusul rekor pembelian Len Shackleton dan pemain asal Wales, Trevor Ford. Karena pembelian pemain-pemain itu, Sunderland dijuluki klub ‘Bank Inggris’. Sunderland mencapai peringkat 3 liga di tahun 1950, peringkat tertinggi terakhirnya sampai sekarang.

Skandal Finansial (1957-1958)

Pada tahun 1957, Sunderland dihukum liga karena ketahuan melebihi limit gaji pemain (waktu itu ada peraturan dimana klub tidak boleh melebihi jumlah total tertentu dalam penggajian pemain-seperti salary cap di NBA sekarang). Hasilnya klub didenda sebesar £5,000, chairman klub dan tiga orang direktur diskors liga. Hukuman itu terbukti membawa pengaruh besar sehingga pada tahun 1958 Sunderland harus terdegradasi untuk pertamakalinya setelah 68 tahun malang-melintang di divisi satu.

Piala FA 1973

Sunderland yang notabene hanya klub divisi 2 bisa memenangkan Piala FA pada tahun 1973 dengan menggulingkan Leeds United 1-0. Di final yang diadakan di Wembley tersebut kiper Sunderland, Jimmy Montgomery, melakukan penyelamatan mencengangkan dua kali. Penyelamatan ini banyak disebut sebagai penyelamatan terbaik dalam sejarah Wembley, dan banyak pula yang bahkan menyebutnya penyelamatan terbaik dalam sejarah. Adalah Ian Porterfield yang mencetak gol kemenangan Sunderland melalui tendangan voli di menit ke 30. Sejak 1973 hanya ada 2 klub lain yang bisa menjuarai Piala FA diluar divisi satu, Southampton pada tahun 1976 dan West Ham United pada tahun 1980.

Periode 1974-1991

Pada periode ini, prestasi Sunderland yang menonjol adalah kala mereka masuk final Piala Liga tahun 1985 dimana mereka kalah di final atas Norwich City. Uniknya setelah pertemuan mereka di final 1985 itu, mereka mengadakan perjanjian bahwa setiap Sunderland dan Norwich City bertemu di ajang apapun, ada satu piala persahabatan bergilir yang selalu diperebutkan antara mereka berdua.

Setelah 1985 prestasi Sunderland terus melorot, puncaknya pada tahun 1987 mereka sampai harus terdegradasi ke divisi 3 untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka. Tetapi di bawah chairman dan manager baru, Bob Murray dan Denis Smith, mereka mulai cepat bangkit dan promosi berturut-turut hingga mencapai divisi satu lagi pada tahun 1990. Sayangnya kali ini mereka hanya bertahan selama semusim di divisi satu dan terdegrasi lagi di musim berikutnya.

Pada tahun 1997, Sunderland telah menyelesaikan pembangunan stadionnya yang baru dan berpisah dengan stadion Roker Park, kandang mereka selama 99 tahun. Kandang baru Sunderland tersebut bernama Stadium Of Light, sebuah stadion berkapasitas 42.000 penonton yang pada saat itu merupakan stadion baru terbesar yang pernah dibangun setelah Perang Dunia II. Kapasitas stadion kemudian ditambah menjadi 49.000 penonton.

Pada tahun 1999, Sunderland kembali promosi ke Liga Premier dengan menjuarai divisi 2 dengan rekor 105 poin. The Black Cats bertahan sampai tahun 2003 dimana mereka secara memalukan terdegradasi setelah menjadi juru kunci liga dan hanya memperoleh poin 19. Mick McCarthy kemudian membawa Sunderland promosi lagi ke Premiership pada tahun 2005, namun kali ini lebih parah, dimana mereka hanya mampu meraih 15 angka, sebuah rekor terendah Premiership sebelum ‘dipecahkan’ lagi oleh Derby County di musim 2007-2008.

2006-sekarang

Saat Sunderland terdegradasi lagi di tahun 2006, Drumaville Consortium, sebuah konsorsium Irlandia yang dipimpin mantan pemain Sunderland sendiri, Nial Quinn, datang mengambil alih kepemilikan klub. Quinn kemudian menjadi chairman baru Sunderland menggantikan Bob Murray. Selama kekosongan kursi manager, Quinn bahkan sempat merangkap menangani klub sebagai manager namun dengan hasil yang kurang baik. Roy Keane, mantan legenda Manchester United yang juga pernah berseteru dengan Quinn di timnas Irlandia, diangkat menjadi manager Sunderland yang baru. Saat masih menjadi pemain di MU, Ferguson pernah mengatakan bahwa Roy Keane suatu saat akan menjadi manager hebat berkat visinya yang tajam di sepakbola. Keane lantas membawa Sunderland bangkit dari papan bawah divisi championship (dahulu divisi 2) untuk kemudian promosi ke Liga Premier pada musim pertamanya sebagai manager. Musim 2007-2008, Sunderland bisa bertahan di Premiership setelah duduk di posisi 15 klasemen.

Portsmouth
18.24 | Author: HeN_NaV
Portsmouth F.C.









Nama lengkap : Portsmouth Football Club

Julukan : Pompey

Didirikan : 1898

Lapangan : Fratton Park Portsmouth, Britania Raya

Kapasitas : 20.220

Ketua : Alexandre Gaydamak

Manajer : Harry Redknapp

Liga : English Premier League

2005-06 : Peringkat ke-17 English Premier League

Sejarah

Portsmouth FC dibentuk pada 5 April 1898 oleh John Brickwood, seorang pengusaha bir lokal dan Frank Brettel. Brickwood kemudian menjadi chairman dan Brettel menjadi manager pertama Portsmouth. Klub ini lalu bergabung dengan Southern League pada tahun 1899. Pertandingan pertama mereka adalah melawan Chatham Town pada 2 September 1899 yang dimenangkan Portsmouth dengan 1-0. Tiga hari kemudian mereka bertanding untuk pertama kalinya di Fratton Park, stadion mereka sampai sekarang, melawan musuh bebuyutannya Southampton. Musim pertama berjalan sukses luar biasa dimana klub memenangkan 20 dari 28 laga pertandingan, Portsmouth berada di posisi runner up divisi terbawah liga Inggris tersebut.

Portsmouth baru menapakkan kakinya di divisi 2 tatkala mereka menjuarai divisi 3 di musim 1923-1924. Klub ini kemudian melanjutkan kesuksesannya dengan tampil mengesankan di divisi 2. Musim 1926-1927, mereka mencapai posisi runner up divisi 2 dan berhak atas promosi ke divisi satu. Perjalanan menuju runner up divisi 2 itu termasuk rekor kemenangan 9-1 atas Notts County.

Debut Portsmouth di divisi satu sangat berat, tapi mereka dengan tertatih mereka masih bisa bertahan. Musim 1928-1928, Portsmouth masih menjadi bulan-bulanan klub mapan, kekalahan terbesar mereka sampai sekarang terjadi pada musim itu tatkala mereka digunduli oleh Leicester dengan skor 0-10. Walaupun begitu, Portsmouth mulai menampakkan kemajuan penting selain bertahan di liga untuk musim keduanya, yaitu dengan maju ke final Piala FA untuk pertama kalinya biarpun akhirnya mereka kalah oleh Bolton. Setelah itu mereka masuk ke final Piala FA lagi untuk kedua kalinya pada musim 1933-1934. Musim 1938-1939, Portsmouth saat itu sudah mencapai kemajuan yang cukup besar yang akhirnya berbuah kala mereka maju ke final Piala FA untuk ketiga kalinya dan kali ini mereka sukses menekuk tim favorit juara, Wolves, dengan skor meyakinkan 4-1.

Perang Dunia II lagi membuat semua kegiatan kehidupan terganggu, termasuk juga sepakbola. Pompey sebagai pemenang terakhir harus menyimpan baik-baik Piala FA selama perang sampai Piala FA mulai dipertandingkan kembali pada musim 1945-1946.

Pasca Perang Dunia

Kompetisi liga Inggris dimulai kembali musim 1946-1947. Musim 1948-1949, Porstsmouth telah menjadi klub unggulan, mereka bahkan difavoritkan untuk menjadi tim pertama di abad 20 yang bisa mengawinkan gelar juara liga dan Piala FA dalam semusim.

Pada kenyataannya, Pompey gagal di semifinal Piala FA namun tidak demikian untuk liga. Di liga, mereka tak terbendung untuk menjuarainya dengan mulus. Di musim itu juga tercatat rekor penonton di kandang sebanyak 51.385 orang yang masih bertahan sampai sekarang.

Tahun berikutnya mereka mempertahankan gelar juara liga dan menjadi tim kelima di Inggris yang bisa mempertahankan gelar juara liga pasca Perang Dunia II. Pompey mulai mundur perlahan walaupun pada musim 1954-1955 mereka masih sanggup untuk duduk di posisi ke-3, dan puncaknya adalah kala mereka terdegradasi ke divisi 2 pada tahun 1959.

Periode 1960-2001

Pompey antara tahun 1960 sampai hampir 3 dekade ke depan benar-benar terperosok ke jurang divisi bawah. Kesulitan finansial yang nyaris menyebabkan bangkrut juga mereka alami di tahun 1976, ujung-ujungnya pemain bintang dijual. Klub kemudian harus diperkuat pemain-pemain muda tak berpengalaman dan ditangani manager debutan. Konsekuensinya, mereka terdegradasi sampai ke divisi 4 dua tahun berikutnya.

Pompey baru berhasil mencapai divisi satu lagi pada tahun 1987, kala mereka ditanganioleh Alan Ball. Sayangnya kala musim 1987-1988 telah separuh jalan, Portsmouth kembali dilanda kesulitan dana yang membuat mereka langsung terdegradasi lagi ke divisi 2. Musim panas 1988, chairman Pompey John Deacon menjual klubnya kepada pengusaha London yang juga mantan chairman QPR, Jim Gregory.

Pada musim panas 1996, Terry Venables datang ke Portsmouth sebagai konsultan, dan tidak beberapa lama kemudian Venables jua yang membeli Portsmouth hanya dengan harga £1. Kala itu mereka masih berada di divisi 2 dan kas klub memang berada di posisi mengkhawatirkan. Akhirnya, pada Mei 1999, Milan Mandaric (inset) datang untuk menyelamatkan klub. Mandaric pun mulai menginvestasikan uangnya demi kemajuan klub.

Harry Redknapp I, Velimir Zajec & Alain Perrin

Harry Redknapp, mantan manager West Hamyang sukses besar membina pemain-pemain muda menjadi bintang (Rio Ferdinand, Frank Lampard, Joe Cole dll.), dikontak Mandaric untuk menjadi direktur sepakbola Portsmouth pada tahun 2001. Tetapi setelah Portsmouth tampil mengecewakan dibawah manager Graham Rix, Redknapp kemudian ditunjuk untuk menggantikannya. Redknapp kemudian resmi menangani Portsmouth pada 2002 dengan Jim Smith (mantan manager Portsmouth sebelumnya) sebagai asistennya. Portsmouth pun akhirnya promosi ke Premier League pada musim pertama Redknapp menjadi manager.

Di Premiership, Portsmouth tampil cukup baik dan bisa bertahan di divisi dengan iklim persaingan sangat ketat. Pompey menduduki peringkat ke 13 Premiership. Namun saat itu muncul perselisihan paham antara Redknapp dengan pemilik klub, Milan Mandaric. Mandaric kurang menyukai penunjukan Jim Smith oleh Redknapp sebagai asisten manager, Redknapp pun kemudian tidak menyukai keputusan Mandaric untuk mendatangkan Velimir Zajec sebagai Direktur Sepakbola Portsmouth. Puncaknya adalah Redknapp mengundurkan diri pada November 2004, Southampton yang sedang mencari manager kemudian langsung memanfaatkan situasi dengan mengontak Redknapp untuk menjadi manager mereka. Redknapp pun menerima pinangan klub yang notabene merupakan musuh bebuyutan dari Pompey. Ia resmi menjadi manager Southampton hanya selang beberapa minggu ia mundur dari Portsmouth.

Sepeninggal Redknapp, Mandaric lantas menunjuk Direktur Sepakbola mereka, Valimir Zajec, untuk menjadi caretaker posisi manager yang lowong. Lima bulan kemudian Mandaric mendatangkan Alain Perrin, mantan manager Marseille, untuk menjadi manager dan Zajec dikembalikan ke posisinya semula sebagai Direktur Sepakbola. Musim 2004-2005, Portsmouth yang ditangani Perrin hanya di saat-saat terakhir liga, bertahan di Premiership setelah duduk di posisi 16. Memasuki musim 2005-2006, pada bulan Oktober 2005 justru Zajec yang menyatakan mundur dari posisi Direktur Sepakbola Portsmouth. Sebulan kemudian tepatnya 24 November 2005, giliran Perrin yang dipecat karena Portsmouth tampil begitu mengecewakan, hanya mampu menang 4 kali dari 20 laga.

Harry Redknapp II & Kedatangan Gaydamak

Posisi Portsmouth saat pemecatan Perrin sudah cukupmengkhawatirkan, hanya sedikit
diatas zona degradasi. Di lain pihak, hubungan Harry Redknapp dengan chairman Southampton, Rupert Lowe, saat itu pun sedang tidak harmonis menyangkut masalah penunjukan Sir Clive
Woodward sebagai staff pelatih di luar persetujuan Redknapp. Seperti yang diperkirakan media Inggris, pada 7 Desember 2005, Redknapp akhirnya benar-benar menyeberang kembali ke klub rival yang juga bekas klub asuhannya sebelum pindah ke Southampton. Unik memang perjalanan karier Redknapp sebagai manager. Saat itu bintang keberuntungan Portsmouth memang sedang bersinar terang, karena selain kembalinya Redknapp mereka pun pada Januari 2006 resmi dibeli oleh pengusaha kaya Rusia berdarah Yahudi, Alexandre Gaydamak (inset). Kedatangan Gaydamak seakan memberikan harapan baru akan prestasi di masa mendatang. Portsmouth pun mulai melaju dengan kencang untuk bangkit dari papan bawah dan duduk di posisi ke 9 di akhir musim. Posisi tertinggi yang pernah diraih Portsmouth sejak tahun 1950.

Bulan Oktober 2007, Redknapp menandatangani kontrak baru yang baru berakhir tahun 2011. Bulan Januari 2008, Redknapp sempat diisukan kencang akan menduduki kursi manager Newcastle United yang lowong sejak ditinggalkan Sam Allardyce, namun Redknapp membantah dengan tegas dan tetap berkomitmen penuh pada Portsmouth. Musim 2007-2008 ditutup Portsmouth dengan posisi 8, peningkatan di banding tahun sebelumnya. Dan di Piala FA, Portsmouth membuktikan potensi hebatnya dengan menjuarainya setelah mengalahkan tim kejutan,Cardiff City, 1-0 di final. Dengan demikian Portsmouth berhak mengikuti Piala UEFA tahun depan, keikut sertaan mereka yang pertama kali di ajang kompetisi Eropa.


Middlesbrough
18.11 | Author: HeN_NaV
Middlesbrough F.C.









Nama lengkap : Middlesbrough Football Club

Julukan : The Boro, Smoggies, Teessiders

Didirikan : 1876

Lapangan : Stadion Riverside, Middlesbrough, Britania Raya

Kapasitas : 35.049

Ketua : Steve Gibson

Manajer : Gareth Southgate

Liga : English Premier League

2005-06 : Peringkat ke-14 di English Premier League

Middlesbrough Football Club adalah sebuah klub sepak bola Inggris yang bermarkas di Middlesbrough. Klub ini memainkan pertandingan kandangnya di Stadion Riverside yang berkapasitas 35.049 penonton. Seragam mereka adalah merah-putih. Sehingga mereka dijuluki Boro.

Pada tahun 2006, klub ini masuk final Piala UEFA sebagai runner-up setelah dikalahkan Sevilla FC dengan skor 0-4.

Sejarah

Klub ini dibentuk oleh pemain-pemain tim kriket ‘Middlesbrough Cricket’ pada tahun 1876. Sepakbola waktu itu dimainkan hanya untuk untuk menjaga kebugaran fisik tim-tim kriket di musim dingin. Klub ini menjuarai Piala FA Amatir pada tahun 1895. Kemudian pada tahun 1889, tim merubah statusnya menjadi klub profesional namun berubah lagi menjadi amatir pada 1892. Baru pada 1899 mereka benar-benar merubah status secara permanen menjadi profesional. Tiga musim ke depan, mereka promosi ke divisi satu, dimana mereka bertahan sampai 22 tahun lamanya.

Pada tahun 1903, klub ini pindah ke Ayresome Park, yang nantinya menjadi markas tetap mereka selama 92 tahun. The Boro baru menanjak prestasinya ke papan atas tatkala mereka mentransfer Alf Common senilai £1,000 pada tahun 1905, sebuah rekor pada saat itu bagi Boro. Mereka mencapai peringkat 6 pada musim 1907-1908. Pada musim 1913-1914 mereka merangsek ke posisi 3 liga, prestasinya yang tertinggi di liga sampai sekarang. Boro sudah semakin naik prestasinya namun sayangnya berkecamuklah Perang Dunia I yang memberhentikan semua kegiatan sepakbola.

Setelah perang, prestasi Boro memburuk, mereka bertahan di divisi satu selama 5 tahun dan kemudian terdegradasi ke divisi 2. Mereka baru bertahan lagi di divisi satu tatkala promosi pada tahun 1929, 2 tahun sebelumnya sebetulnya mereka promosi juga namun terdegradasi pada akhir musim. Mulai 1929 sampai 1954 mereka bertahan di divisi satu.

Setelah 1954, Boro benar-benar terbenam di divisi bawah. Mereka bahkan terdegradasi ke divisi 3 pada tahun 1966. Mereka masih terus berkutat di luar divisi satu saat Jack Charlton, mantan pahlawan Piala Dunia 1966 Inggris, datang menangani klub. Jack Charlton yang termasuk manager muda pada saat itu, membawa Boro promosi ke divisi satu dengan menjuarai divisi 2 secara meyakinkan. Delapan partai masih bersisa, namun Boro sudah memastikan juara divisi 2. Middlesbrough kemudian mendapatkan piala nya yang pertama semenjak menjadi klub profesional dengan menjuarai Anglo-Scottish Cup, piala yang dipertandingkan antara klub Inggris dan Skotlandia.

Saat-saat sulit (1980-1986)

Pada awal pertengahan tahun 1980 klub mengalami kesulitan finansial. Pada musim 1984-85, Boro yang hanya mampu meraih tempat ke 19 terdegradasi ke divisi 2. Dengan kondisi keuangan yang semakin parah, Boro sampai harus meminjam uang pada PFA (Asosiasi Pemain Inggris) £30,000 untuk membayar gaji pemainnya. Keuangan semakin parah, gerbang markas mereka disegel. Mereka pun kemudian terancam tidak boleh ikut kompetisi liga karena tidak dapat menyediakan modal sebesar £350,000 yang menjadi syarat baru keanggotaan Football League saat itu. Steve Gibson (inset kiri), anggota dewan direktur Boro, membentuk sebuah konsorsium untuk mengambil alih klub dan selang hanya 10 menit sebelum deadline yang ditentukan, Boro menyelesaikan administrasi keanggotaan liga dan terdaftar untuk ikut kompetisi. Bersamaan dengan itu, diganti pula lambang klub dan perubahan nama resmi menjadi Middlesbrough Football & Athletic Club.

Dalam 2 musim kedepan, Boro kemudian bangkit dan promosi 2 kali berturut-turut untuk kemudian kembali ke divisi satu. Tetapi seolah kehabisan bensin, mereka turun lagi ke divisi 2 pada tahun berikutnya. Saat itu centre back Boro, Gary Pallister, dibeli Manchester United dengan rekor transfer 2.3 juta pounds. Walaupun hanya sebagai klub promosi-degradasi, Boro adalah merupakan salah satu anggota pendiri Liga Premier Inggris pada tahun 1992.

Era Bryan Robson

Saat Bryan Robson, gelandang legenda Manchester United, menangani Middlesbrough sebagai manager-pemain pada tahun 1994, Boro mulai mendapatkan perhatian publik. Boro kemudian mampu promosi ke Liga Premier. Robson kemudian memboyong Juninho, playmaker timnas Brazil saat itu, dari Sao Paulo. Tetapi musim 1996-1997 terbukti merupakan musim yang berat bagi Middlesbrough. Mereka harus terdegradasi ke divisi 2, walaupun begitu uniknya mereka bisa mencapai final semua piala domestik, Piala FA dan Piala Liga. Sayangnya, mereka kalah di kedua final tersebut. Musim berikutnya, walaupun dengan kehilangan 3 pemain kunci- Juninho, Ravanelli & Nick Barmby- mereka bisa langsung promosi lagi ke liga Premier pada upaya pertama dan mampu mencapai final Piala Liga biarpun hanya dengan status klub divisi championship.

Mereka kemudian mengawali musim 1998-1999 Liga Premier dengan manis, 12 pertandingan tak terkalahkan, termasuk kemenangan 3-2 atas Man Utd di kandang lawan. Itulah satu-satunya kekalahan MU di musim dimana mereka meraih treble. Boro menutup musim dengan duduk di papan tengah klasemen Premiership, dimana berkat mereka diperkuat oleh Paul Ince, Christian Ziege dan Hamilton Ricard. Musim 2000-2001, Boro tampil labil dan hanya mendiami zona degradasi. Kemudian didatangkanlah Terry Venables untuk dipasangkan dengan Robson sebagai duo manager. Faktor Venables terbukti manjur Boro pun bisa bertahan di Premiership. Tren untuk membeli pemain bintang Eropa melanjut dengan pembelian Christian Karembeu dan Alen Boksic.

Era Steve McClaren

Bryan Robson yang sudah kembali diposisikan menjadi manager tunggal kemudian meninggalkan klub sebelum musim 2001-2002 setelah 7 tahun menangani Boro. Ia digantikan oleh asistennya, Steve McClaren. Dibawah McClaren, Boro ternyata tampil lebih stabil dan mulai menampakkan kemajuan sedikit demi sedikit. Mereka terbukti sulit dikalahkan di kandangnya sendiri, Riverside Stadium.

Musim 2003-2004 adalah musim terbaik sepanjang sejarah klub dimana mereke untuk pertama kalinya menjuarai Piala Liga setelah mengalahkan Bolton 2-1 di final. Sukses menjuarai Piala Liga otomatis membuat Boro mengantoni tiket Piala UEFA Eropa untuk pertama kalinya.

Tahun 2006, Boro secara mengejutkan mampu meraih final Piala UEFA setelah sempat mengalahkan klub yang lebih terkenal seperti Stuttgart dan AS Roma. Namun di final mereka tidak berkutik dan dikalahkan Sevilla dengan skor 0-4. Hasil impresif ini membuat McClaren didaulat untuk menjadi manager tim nasional Inggris. Dengan kepergian McClaren, Boro kemudian menunjuk kaptennya, Gareth Southgate, untuk menjadi manager Middlesbrough yang baru.

2006-sekarang

Walaupun tanpa lisensi kepelatihan, Southgate disetujui menjadi manager setelah mendapatkan dispensasi khusus dari FA. Boro menduduki papan tengah pada akhir klasemen. Southgate pada musim 2007-2008 membuat gebrakan dengan pembelian termahal Boro yaitu Alvonso Alvez dari klub Belanda, SC Heerenveen. Striker Brazil tersebut dibeli dengan harga 12 juta poundsterling.