Middlesbrough
18.11 | Author: HeN_NaV
Middlesbrough F.C.









Nama lengkap : Middlesbrough Football Club

Julukan : The Boro, Smoggies, Teessiders

Didirikan : 1876

Lapangan : Stadion Riverside, Middlesbrough, Britania Raya

Kapasitas : 35.049

Ketua : Steve Gibson

Manajer : Gareth Southgate

Liga : English Premier League

2005-06 : Peringkat ke-14 di English Premier League

Middlesbrough Football Club adalah sebuah klub sepak bola Inggris yang bermarkas di Middlesbrough. Klub ini memainkan pertandingan kandangnya di Stadion Riverside yang berkapasitas 35.049 penonton. Seragam mereka adalah merah-putih. Sehingga mereka dijuluki Boro.

Pada tahun 2006, klub ini masuk final Piala UEFA sebagai runner-up setelah dikalahkan Sevilla FC dengan skor 0-4.

Sejarah

Klub ini dibentuk oleh pemain-pemain tim kriket ‘Middlesbrough Cricket’ pada tahun 1876. Sepakbola waktu itu dimainkan hanya untuk untuk menjaga kebugaran fisik tim-tim kriket di musim dingin. Klub ini menjuarai Piala FA Amatir pada tahun 1895. Kemudian pada tahun 1889, tim merubah statusnya menjadi klub profesional namun berubah lagi menjadi amatir pada 1892. Baru pada 1899 mereka benar-benar merubah status secara permanen menjadi profesional. Tiga musim ke depan, mereka promosi ke divisi satu, dimana mereka bertahan sampai 22 tahun lamanya.

Pada tahun 1903, klub ini pindah ke Ayresome Park, yang nantinya menjadi markas tetap mereka selama 92 tahun. The Boro baru menanjak prestasinya ke papan atas tatkala mereka mentransfer Alf Common senilai £1,000 pada tahun 1905, sebuah rekor pada saat itu bagi Boro. Mereka mencapai peringkat 6 pada musim 1907-1908. Pada musim 1913-1914 mereka merangsek ke posisi 3 liga, prestasinya yang tertinggi di liga sampai sekarang. Boro sudah semakin naik prestasinya namun sayangnya berkecamuklah Perang Dunia I yang memberhentikan semua kegiatan sepakbola.

Setelah perang, prestasi Boro memburuk, mereka bertahan di divisi satu selama 5 tahun dan kemudian terdegradasi ke divisi 2. Mereka baru bertahan lagi di divisi satu tatkala promosi pada tahun 1929, 2 tahun sebelumnya sebetulnya mereka promosi juga namun terdegradasi pada akhir musim. Mulai 1929 sampai 1954 mereka bertahan di divisi satu.

Setelah 1954, Boro benar-benar terbenam di divisi bawah. Mereka bahkan terdegradasi ke divisi 3 pada tahun 1966. Mereka masih terus berkutat di luar divisi satu saat Jack Charlton, mantan pahlawan Piala Dunia 1966 Inggris, datang menangani klub. Jack Charlton yang termasuk manager muda pada saat itu, membawa Boro promosi ke divisi satu dengan menjuarai divisi 2 secara meyakinkan. Delapan partai masih bersisa, namun Boro sudah memastikan juara divisi 2. Middlesbrough kemudian mendapatkan piala nya yang pertama semenjak menjadi klub profesional dengan menjuarai Anglo-Scottish Cup, piala yang dipertandingkan antara klub Inggris dan Skotlandia.

Saat-saat sulit (1980-1986)

Pada awal pertengahan tahun 1980 klub mengalami kesulitan finansial. Pada musim 1984-85, Boro yang hanya mampu meraih tempat ke 19 terdegradasi ke divisi 2. Dengan kondisi keuangan yang semakin parah, Boro sampai harus meminjam uang pada PFA (Asosiasi Pemain Inggris) £30,000 untuk membayar gaji pemainnya. Keuangan semakin parah, gerbang markas mereka disegel. Mereka pun kemudian terancam tidak boleh ikut kompetisi liga karena tidak dapat menyediakan modal sebesar £350,000 yang menjadi syarat baru keanggotaan Football League saat itu. Steve Gibson (inset kiri), anggota dewan direktur Boro, membentuk sebuah konsorsium untuk mengambil alih klub dan selang hanya 10 menit sebelum deadline yang ditentukan, Boro menyelesaikan administrasi keanggotaan liga dan terdaftar untuk ikut kompetisi. Bersamaan dengan itu, diganti pula lambang klub dan perubahan nama resmi menjadi Middlesbrough Football & Athletic Club.

Dalam 2 musim kedepan, Boro kemudian bangkit dan promosi 2 kali berturut-turut untuk kemudian kembali ke divisi satu. Tetapi seolah kehabisan bensin, mereka turun lagi ke divisi 2 pada tahun berikutnya. Saat itu centre back Boro, Gary Pallister, dibeli Manchester United dengan rekor transfer 2.3 juta pounds. Walaupun hanya sebagai klub promosi-degradasi, Boro adalah merupakan salah satu anggota pendiri Liga Premier Inggris pada tahun 1992.

Era Bryan Robson

Saat Bryan Robson, gelandang legenda Manchester United, menangani Middlesbrough sebagai manager-pemain pada tahun 1994, Boro mulai mendapatkan perhatian publik. Boro kemudian mampu promosi ke Liga Premier. Robson kemudian memboyong Juninho, playmaker timnas Brazil saat itu, dari Sao Paulo. Tetapi musim 1996-1997 terbukti merupakan musim yang berat bagi Middlesbrough. Mereka harus terdegradasi ke divisi 2, walaupun begitu uniknya mereka bisa mencapai final semua piala domestik, Piala FA dan Piala Liga. Sayangnya, mereka kalah di kedua final tersebut. Musim berikutnya, walaupun dengan kehilangan 3 pemain kunci- Juninho, Ravanelli & Nick Barmby- mereka bisa langsung promosi lagi ke liga Premier pada upaya pertama dan mampu mencapai final Piala Liga biarpun hanya dengan status klub divisi championship.

Mereka kemudian mengawali musim 1998-1999 Liga Premier dengan manis, 12 pertandingan tak terkalahkan, termasuk kemenangan 3-2 atas Man Utd di kandang lawan. Itulah satu-satunya kekalahan MU di musim dimana mereka meraih treble. Boro menutup musim dengan duduk di papan tengah klasemen Premiership, dimana berkat mereka diperkuat oleh Paul Ince, Christian Ziege dan Hamilton Ricard. Musim 2000-2001, Boro tampil labil dan hanya mendiami zona degradasi. Kemudian didatangkanlah Terry Venables untuk dipasangkan dengan Robson sebagai duo manager. Faktor Venables terbukti manjur Boro pun bisa bertahan di Premiership. Tren untuk membeli pemain bintang Eropa melanjut dengan pembelian Christian Karembeu dan Alen Boksic.

Era Steve McClaren

Bryan Robson yang sudah kembali diposisikan menjadi manager tunggal kemudian meninggalkan klub sebelum musim 2001-2002 setelah 7 tahun menangani Boro. Ia digantikan oleh asistennya, Steve McClaren. Dibawah McClaren, Boro ternyata tampil lebih stabil dan mulai menampakkan kemajuan sedikit demi sedikit. Mereka terbukti sulit dikalahkan di kandangnya sendiri, Riverside Stadium.

Musim 2003-2004 adalah musim terbaik sepanjang sejarah klub dimana mereke untuk pertama kalinya menjuarai Piala Liga setelah mengalahkan Bolton 2-1 di final. Sukses menjuarai Piala Liga otomatis membuat Boro mengantoni tiket Piala UEFA Eropa untuk pertama kalinya.

Tahun 2006, Boro secara mengejutkan mampu meraih final Piala UEFA setelah sempat mengalahkan klub yang lebih terkenal seperti Stuttgart dan AS Roma. Namun di final mereka tidak berkutik dan dikalahkan Sevilla dengan skor 0-4. Hasil impresif ini membuat McClaren didaulat untuk menjadi manager tim nasional Inggris. Dengan kepergian McClaren, Boro kemudian menunjuk kaptennya, Gareth Southgate, untuk menjadi manager Middlesbrough yang baru.

2006-sekarang

Walaupun tanpa lisensi kepelatihan, Southgate disetujui menjadi manager setelah mendapatkan dispensasi khusus dari FA. Boro menduduki papan tengah pada akhir klasemen. Southgate pada musim 2007-2008 membuat gebrakan dengan pembelian termahal Boro yaitu Alvonso Alvez dari klub Belanda, SC Heerenveen. Striker Brazil tersebut dibeli dengan harga 12 juta poundsterling.



|
This entry was posted on 18.11 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: